Kabar Nusantara - Malang – Minggu, 10 November 2024, Urban Dance Camp sebagai acara Progam Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik mahasiswa Universitas Negeri Malang angkatan 2023 yang berlokasikan di Kampung Warna Warni Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Acara ini melibatkan 2 kelas Progam Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik angkatan 2023 yang telah dibagi menjadi 12 kelompok, berisikan 5 sampai 6 orang dalam satu kelompok. Acara ini telah diketuai oleh Destania Alexandra Maria Eko Putri dibawah kepemimpinan Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn. yang digelar mulai pukul 08.00 sampai pukul 14.40.
Kampung Warna Warni Jodipan menjadi salah satu tempat wisata unik dan favorit di Kota Malang. Rumah-rumah di Kampung Warna Warni ini di cat warna-warni. Terlihat indah dan menjunjung tinggi nilai seni. Sudut-sudut kampung dihiasi dengan berbagai warna yang elok dipandang. Warna cerah dan terang sangat memikat perhatian setiap pengunjung. Para mahasiswa PSTM menarikan tarian tradisional, modern, hingga kontemporer. Menari di tepi sungai yang terdapat hiasan tenda semakin banyak menyita perhatian pengunjung lokal maupun turis, sampai para turis pun ikut berpartisipasi aktif menirukan tarian dari mahasiswa PSTM yang membuat suasana semakin meriah. Workshop Tari Jaipong juga tak kalah menarik dalam Urban Dance Camp 2024, workshop jaipongan yang dipandu oleh Bapak Iip Rudi Ripa’I S.Sn, M.Hum. memberikan materi tari jaipongan mulai dari pola, gerak dan teknik. Tak hanya sekedar materi saja, para mahasiswa juga disuruh mempraktekkan langsung tari jaipong ini.
Tari Beksan Parisuko sebagai bentuk koreografi mengangkat kehidupan tradisi bersih desa yang masih dilestarikan oleh beberapa desa di wilayah Kota Madiun. Secara koreografi Parisuko disusun secara indah melalui perpaduan antar elemen pendukung bentuk tari meliputi pola dan teknik gerak, musik tari, desain rias busana, dan properti tari, yang semuanya menghasilkan gaya tari yang khas dan berkarakter yang mengungkapkan nilai-nilai budaya daerah Madiun yang berciri khas Mataraman. Selain itu koreografi Parisuko juga tampak dinamis dengan susunan bentuk dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip bentuk seni yang indah.
Parisuko berbentuk tari kelompok puteri, dibawakan oleh enam penari puteri dengan visualisasi desain rias dan busana semuanya sama atau seragam. Desain rias dan busana yang dirancang sederhana, penari memakai kostum kaos hitam dan kain jarik batik tidak lupa dengan sabuk di pinggang berwarna orange dan sampur merah yang menambah kesan menarik perhatian penonton. Selain itu aksesoris yang ada diatas kepala dan dibagian kepala menambah keestetikaan yang mencerminkan keindahan dan kesederhanaan.
Penciptaan Parisuko bersumber dari tradisi bersih desa yang hidup di beberapa desa di wilayah Kotamadya Madiun. Dalam pelaksanaan ritual tradisi bersih desa di beberapa desa di wilayah Madiun biasanya juga dilengkapi dengan pertunjukan seni tari. Dipilihnya sumber ide mengenai tradisi bersih desa dimaksudkan untuk mengangkat nilai-nilai budaya lokal yang dimiliki oleh Kabupaten Madiun. Hal tersebut merupakan wujud sikap peduli dan wujud rasa bangga dalam berbangsa dan bertanah air Indonesia, ditunjukkannya dengan mengembangkan sebuah perilaku kreatif dalam memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan lokal tentang tradisi bersih desa. Pada sisi lain, keberadaan pertunjukan tari Parisuko dalam kehidupan tradisi masyarakat Kotamadya Madiun juga berfungsi sebagai tari pergaulan yang bersifat hiburan profan. Oleh karena popularitas dari pertunjukan tradisional tersebutlah, Ninik Sulistyowati tertarik untuk mengembangkannya dalam bentuk pertunjukan tari kelompok puteri.
Perpaduan antar elemen tersebut membentuk struktur yang dapat ditelaah terdiri dari tiga bagian tari yaitu bagian tari awal dengan suasana kontemplatif dan khidmat, yang didukung dengan musik tari introduksi gending Lancaran Pelog Nem, kemudian bersambung Sekar Balabak Pelog Nem. Penampilan bagian awal ini menyimbulkan kegiatan ritual sebagai ungkapan permohonan atas kesejahteraan dan keselamatan (tola bala), bagian tari pokok (inti) dalam suasana suka cita, didukung dengan gending Boga Irama Lancar, disusul gending Wastra, kembali ke gending Boga dan Jengglengan, kemudian suasana naik semakin meriah didukung dengan gending Walangkekek. Bagian ini menggambarkan kegiatan pesta desa sebagai ungkapan rasa syukur atas kesejahteraan, keamanan, dan keselamatan, bagian tari akhir diiringi gending berirama lancar, yaitu sebagai bagian tari penutup. Tari Parisuko ini sebagai persembahan untuk melepas dengan memberikan kenangan yang indah dan penuh dengan nilai budaya. Dengan penampilan ini, kami ingin memperkenalkan juga kepada audiens bahwa ada tari yang gaya energik, penuh makna, dan kaya akan filosofi yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.
Namun kondisi cuaca yang tidak mendukung ini mempengaruhi kenyamanan penari dan penonton, serta menganggu kelancaran pertunjukan para penari. Pertunjukan tari pada hari itu sangat terkendala oleh hujan deras. Lantai panggung yang basah membuat beberapa penari harus membatasi gerakan yang lebih ekspresif. Selain itu, suara hujan yang cukup keras juga mengganggu konsentrasi penonton dan penari. Kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya mempertimbangkan faktor cuaca dalam penyelenggaraan pertunjukan tari. Jika memungkinkan, siapkan lokasi alternatif untuk pertunjukan dalam ruangan jika cuaca tiba-tiba berubah.
Secara keseluruhan, Urban Dance Camp 2024 di Kampung Warna Warni dapat dikatakan berhasil dalam menghidupkan kembali pesan keragaman budaya serta energi yang positif. Acara seperti ini menunjukan kemampuan mahasiswa PSTM untuk menunjukan nilai lokal. Meskipun demikian, ada beberapa aspek yang masih bisa diperbaiki, seperti pemilihan lokasi dan tata suara.
Penulis
Nama : Jesenia Olivia Samantha
Universitas : Universitas Negeri Malang