Kabar Nusantara - Lombok Timur – Sebanyak 10 mahasiswa Universitas Mataram (Unram) yang tergabung dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) di Desa Teros, Kecamatan Labuhan Haji, Lombok Timur, telah sukses menggelar kegiatan sosialisasi pencegahan narkoba pada Selasa (22/7/2025). Mengusung tema “Pencegahan Narkoba Guna Mendukung Sustainable Local Development”, kegiatan ini berlangsung di Aula Kantor Desa Teros dan diikuti oleh 39 peserta yang terdiri dari perangkat desa, tokoh masyarakat, organisasi pemuda, kader PKK, hingga kader Posyandu.
1. Mahasiswa Angkat Isu Narkoba di Desa
Ketua pelaksana kegiatan, Dede Afrilyadi, menyampaikan bahwa sosialisasi ini lahir dari keprihatinan terhadap meningkatnya penyalahgunaan narkoba yang kini turut menjangkau wilayah pedesaan. "Kami menyadari bahwa narkoba bukan lagi persoalan kota besar. Desa pun kini mulai terpapar. Karena itu, kegiatan ini menjadi upaya kami membangun kesadaran kolektif bersama masyarakat," kata Dede. Sementara itu, Sekretaris Desa Teros, Muhiyyidin, menyampaikan apresiasi atas inisiatif mahasiswa dan menyebut narkoba sebagai api dalam sekam. Terlihat tidak ada, tapi sesungguhnya sedang membakar diam-diam. "Kami menyambut baik kegiatan ini dan berharap bisa rutin dilakukan, terutama menyasar keluarga dan anak-anak muda," ujarnya.
2. Kecamatan Labuhan Haji Masuk Zona Rawan Narkoba
Narasumber dari Satresnarkoba Polres Lombok Timur, Lalu Iqbal, S.AP., mengungkapkan bahwa Kecamatan Labuhan Haji, telah masuk kategori zona merah peredaran narkoba. "Sejak 2023 hingga 2025, kami mencatat peningkatan signifikan peredaran narkoba di desa-desa perbatasan. Hampir tidak ada desa yang benar-benar bebas narkoba," ungkapnya. Iqbal menjelaskan, jenis narkotika yang paling banyak disalahgunakan meliputi ganja, sabu, dan ekstasi. Ketiganya mudah diakses dan sangat adiktif.
la kemudian mengurai dampak penyalahgunaan narkoba dari berbagai sisi. Dari segi kesehatan fisik, narkoba bisa merusak organ penting tubuh seperti jantung, paru-paru, sistem saraf, hati,kulit, bahkan darah dan tulang. Penyalahguna narkoba juga berisiko mengalami penyakit kronis seperti AIDS dan hepatitis, dan dalam jangka panjang, bisa mengakibatkan kematian. Dari sisi psikis, penyalahguna narkoba cenderung mengalami gangguan emosional seperti kecemasan berlebihan, depresi, halusinasi, hingga gangguan jiwa. Sementara dari sisi perilaku, pemakai narkoba umumnya menunjukkan gejala seperti sikap membangkang, mudah marah, menarik diri dari keluarga, hingga mencuri atau menggadaikan barang berharga. Nafsu makan berkurang dan emosi tidak stabil.
Iqbal juga menyinggung faktor penyebab penyalahgunaan narkoba, antara lain tekanan sosial, lemahnya kontrol keluarga, serta peran sindikat yang aktif merekrut pemuda sebagai kurir atau pengguna. "Kepemilikan narkoba di atas 5 gram dapat dikenai hukuman berat, termasuk penjara seumur hidup atau hukuman mati," jelasnya. la menambahkan bahwa ketakutan masyarakat untuk melapor, akibat intimidasi dari pengedar, menjadi tantangan utama. Karena itu, ia mendorong adanya keterlibatan keluarga dan lingkungan sebagai bentuk deteksi dini.
3. Peran Keluarga Jadi Kunci
Camat Labuhan Haji, Baiq Lian Krisna Yutarti, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut, menyoroti pentingnya pengawasan orang tua terhadap anak-anak di rumah. "Anak-anak adalah aset desa. Tapi jika tidak diawasi, mereka bisa jadi korban pengaruh buruk. Jangan biarkan mereka mencari pelarian karena kurangnya perhatian dari orang tua," ujarnya.
Babinsa Desa Teros, Kadek Darmawan, juga menyampaikan agar masyarakat lebih peduli terhadap aktivitas mencurigakan yang terjadi di lingkungan desa, khususnya yang melibatkan anak muda dan rumah-rumah yang tidak lagi ditempati. "Desa Teros sering menjadi tempat berkumpul anak-anak muda. Mereka kadang memanfaatkan rumah yang sudah lama kosong atau dianggap tidak berpenghuni untuk berkumpul. Ini tentu membuat resah, apalagi jika dilakukan tanpa seizin pemilik rumah," jelasnya.
Kadek juga menekankan pentingnya peran keluarga dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba. Ia menyadari bahwa banyak keluarga memilih diam ketika ada anggota keluarganya yang terindikasi menggunakan narkoba karena takut akan pandangan negatif dari masyarakat. "Biasanya orang tua atau keluarga khawatir dikucilkan, sehingga memilih menyembunyikan masalah. Ada yang membawa anaknya keluar desa atau mencari jalan sendiri.Padahal jika dilaporkan dengan baik, bisa justru dibantu mencarikan solusi, misalnya diarahkan ke tempat rehabilitasi atau lembaga pembinaan seperti pondok pesantren," ujarnya Muhammad Zuhazzin, anggota Karang Taruna Dusun Selungkep, ikut menyampaikan pandangannya. Menurutnya, faktor lingkungan punya pengaruh yang besar. "Banyak orang tua yang mungkin kurang mengawasi anak-anak remajanya.
Dari situ mereka mulai coba-coba rokok, lalu merembet ke minuman keras seperti brem, tuak, atau arak yang memang mudah didapat di sekitar sini," ungkapnya. Zuhazzin juga menyoroti faktor ekonomi dan penggunaan gadget yang tak bisa dilepaskan dari masalah ini. "Anak SMP sekarang sudah banyak yang mengenal judi online. Ini jelas memprihatinkan. Ditambah lagi kurangnya sosialisasi dan edukasi serta minat pemuda untuk ikut kegiatan positif masih rendah," tambahnya. Ia mengatakan bahwa banyak orang tua kurang memberi perhatian cukup kepada anak-anaknya, terutama saat mereka sudah SMP atau SMA. "Kadang di rumah anaknya kelihatan baik-baik saja, tapi di luar bisa berbeda jauh dari yang diharapkan orang tuanya. Ini yang harus kita waspadai bersama," ujarnya.
4. Komitmen bersama melawan narkoba
Sebagai bentuk kampanye visual, mahasiswa membagikan stiker berisi pesan antinarkoba kepada seluruh peserta yang hadir. Stiker ini menjadi ajakan sekaligus pengingat agar setiap individu terus menanamkan tekad untuk menjauhi narkoba.
Kegiatan ini ditutup dengan penegasan komitmen dari mahasiswa, perangkat desa, dan peserta untuk bersama-sama memerangi penyalahgunaan narkoba. Seruan "Say No to Drugs" pun kembali menggema. Bukan sekadar kalimat yang diteriakkan, tapi suara yang lahir dari kekhawatiran, kepedulian, dan cinta terhadap masa depan generasi muda. Karena di Desa Teros, kami percaya bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil yang dilakukan bersama, dimulai dari desa.