Iklan

,

Mahasiswa Fakultas Psikologi UNY Dukung Inklusi dan Mobilitas Difabel Netra Lewat Program “Teman Netra: Transit Mandiri & Eksplorasi Budaya”

Kabar Nusantara
Rabu, 03 Desember 2025, 12.29 WIB Last Updated 2025-12-03T05:30:59Z


Kabar Nusantara - Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melaksanakan kegiatan Project-Based SDGs bertajuk “Teman Netra: Transit Mandiri & Eksplorasi Budaya”, sebuah program pendampingan mobilitas dan literasi budaya untuk teman difabel netra di Kota Surakarta. Program ini bertujuan memberikan pengalaman belajar langsung bagi teman netra melalui pendampingan mobilitas mandiri dan eksplorasi budaya yang dirancang agar aman, inklusif, dan mudah diakses. Kegiatan dilaksanakan di sepanjang rute KRL Yogyakarta-Surakarta hingga Pura Mangkunegaran, dengan melibatkan 34 teman difabel netra dari berbagai daerah termasuk Yogyakarta, Surakarta, Boyolali, Semarang, dan Wonogiri serta 37 pendamping keluarga dan kerabat. Selain itu, kegiatan juga didukung oleh 40 volunteer yang membantu proses pendampingan di lapangan. (18/10/2025)


Inisiatif ini berangkat dari kepedulian terhadap keterbatasan akses transportasi publik dan ruang budaya bagi penyandang disabilitas netra, yang masih kerap menghadapi tantangan dalam orientasi ruang, navigasi mandiri, serta partisipasi budaya di ruang publik. Melalui kegiatan ini, peserta diajak untuk mempraktikkan mobilitas mandiri menggunakan KRL dan Batik Solo Trans (BST), sekaligus memperoleh pengalaman eksplorasi budaya di Pura Mangkunegaran dalam suasana yang inklusif, suportif, dan edukatif.


Kegiatan ini merupakan implementasi mata kuliah Pendidikan dan Pembangunan Berkelanjutan yang diampu oleh Dr. Fitriana Tjiptasari, S.I.P., M.A., dan Pelaksanaan program ini dipimpin oleh tiga koordinator utama, yaitu Maria Krisinta Adventinawati sebagai Koordinator Program, Azzarine Azzel Alzena sebagai Koordinator Dokumentasi, dan Amoriz Fairus Nadien sebagai Koordinator Lapangan. Kegiatan ini juga terlaksana melalui kolaborasi dengan Yayasan Sadar Belajar Indonesia, sebuah lembaga nirlaba yang berfokus pada pendidikan inklusif dan pemberdayaan kelompok rentan. Dengan visi mewujudkan pendidikan yang inklusif, merata, dan berkelanjutan bagi semua, Yayasan Sadar Belajar Indonesia menjalankan berbagai program pendampingan, pelatihan keluarga, serta penguatan relawan. Keterlibatan yayasan dalam kegiatan ini memperkuat pendekatan inklusif, memastikan bahwa pendampingan mobilitas dan eksplorasi budaya bagi teman netra dilakukan dengan metode yang aman, menghargai kemandirian, dan sesuai prinsip “Inclusive Education for All.”


Program ini dirancang untuk mendukung pencapaian SDG 10 (Reduced Inequalities) dan SDG 4 (Quality Education) melalui pembelajaran langsung, orientasi mobilitas, serta edukasi ruang publik bagi penyandang disabilitas netra. Total 34 peserta difabel netra dari berbagai daerah Solo (2), Semarang (1), Boyolali (1), dan Wonogiri (1) mengikuti kegiatan ini. Mereka didampingi 37 pendamping keluarga atau kerabat dan 40 volunteer dengan 3 diantaranya mahasiswa Fakultas Psikologi UNY. Kegiatan berlangsung sejak pukul 07.00 hingga 16.00 WIB. Perjalanan dimulai dari Yogyakarta dengan menggunakan KRL menuju Stasiun Balapan, Surakarta. Selama perjalanan, mahasiswa volunteer memberikan penjelasan komprehensif mengenai aturan keselamatan KRL, etika menaiki transportasi publik, serta tata ruang dan orientasi posisi di dalam kereta.


Teman netra dipandu mengenali fitur-fitur penting seperti pintu otomatis, kursi prioritas, suara pengumuman stasiun, hingga jalur keluar masuk. Pendampingan dilakukan secara personal, memastikan setiap peserta memahami konteks ruang melalui deskripsi verbal yang detail, sentuhan terarah, dan komunikasi inklusif. Bagi mahasiswa, proses ini menjadi sarana untuk mengembangkan public empathy, kemampuan komunikasi deskriptif, serta teknik pendampingan yang aman dan ramah disabilitas.


Sesampainya di Stasiun Balapan, peserta melanjutkan perjalanan menggunakan Batik Solo Trans (BST) menuju Pura Mangkunegaran. Mahasiswa memperkenalkan tata cara naik BST, serta orientasi lingkungan di sekitar halte. Di dalam bus, volunteer mendeskripsikan tata letak kursi, jalur pegang, tangga masuk, serta perubahan kondisi jalan yang dirasakan oleh peserta difabel netra. Pengalaman ini memberi kesempatan bagi teman netra untuk memahami transportasi publik kota Surakarta secara lebih mandiri dan percaya diri. Sesampainya di Pura Mangkunegaran, peserta disambut dalam suasana yang inklusif dan suportif. Mereka mendapat kesempatan langka untuk bertemu langsung dengan K.G.P.A.A. Mangkunegara X, bersalaman, dan mendengarkan pesan singkat serta sesi istirahat sembari berfoto dengan K.G.P.A.A. Mangkunegara X. Pertemuan ini menjadi momen bermakna yang memperkuat pesan utama White Cane Day yang diperingati dari kehiatan ini.


Para peserta kemudian diajak mengeksplorasi ruang budaya Pura Mangkunegaran melalui narasi deskriptif dari para volunteer dan penjelasan pemandu yang berasal dari abdidalem. Mereka diperkenalkan pada unsur arsitektur tradisional, sejarah Mangkunegaran, serta berbagai benda budaya yang menjadi bagian penting dari warisan Jawa. Suasana pembelajaran semakin kaya ketika alunan gamelan dimainkan sebelum waktu makan siang, memberikan pengalaman multisensori yang membantu peserta khususnya difabel netra membangun gambaran mental yang lebih utuh tentang konteks budaya yang mereka kunjungi.


Setelah istirahat dan makan siang, seluruh peserta, termasuk teman difabel netra, volunteer, dan pendamping, melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Balapan dengan Batik Solo Trans untuk menaiki KRL Surakarta -Yogyakarta sebagai rangkaian penutup kegiatan. Program diakhiri dengan sesi foto bersama sebagai dokumentasi kolektif. 



Kegiatan ini tidak hanya memberi pengalaman mobilitas dan eksplorasi budaya bagi difabel netra, kegiatan ini juga memberikan pembelajaran mendalam bagi mahasiswa. Mereka belajar membangun empati, berkomunikasi deskriptif dengan akurat, menjaga keselamatan pendampingan, dan menciptakan dukungan emosional yang inklusif bagi teman difabel.


“Kami belajar bahwa inklusi tidak cukup hanya dengan menyediakan fasilitas, tetapi juga dengan menghadirkan kepedulian. Teman netra mengajarkan kami arti kemandirian yang sesungguhnya,” ujar Azarine Azzel, mahasiswa Psikologi UNY sekaligus volunteer. Sementara itu, volunteer lainnya menegaskan bahwa pengalaman ini membuka kesadaran baru mengenai hak aksesibilitas. “Kegiatan ini membuat kami sadar bahwa aksesibilitas adalah hak, bukan belas kasihan,” ungkap Amoriz Fairus Nadien., salah satu mahasiswa Psikologi UNY sekaligus volunteer.


Kegiatan “Teman Netra: Transit Mandiri & Eksplorasi Budaya” menjadi wujud nyata komitmen mahasiswa UNY dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif, aman, dan berkeadilan. Melalui dokumentasi kegiatan, laporan reflektif, dan kampanye digital yang akan dipublikasikan, mahasiswa berharap pesan inklusi dapat menjangkau lebih banyak pihak dan mendorong perubahan sosial yang lebih luas. Ke depan, program serupa diharapkan untuk terus dikembangkan secara berkelanjutan sebagai bagian dari kontribusi Universitas Negeri Yogyakarta dalam mendukung pencapaian SDGs, terutama pada bidang kesetaraan sosial, pendidikan berkualitas, dan pembangunan kota yang lebih ramah bagi semua warganya.


Link Video Kegiatan

https://www.instagram.com/reel/DRwSDIpD_a1/?igsh=YnI4enRpamZiNW9o