Kabar Nusantara - Storytelling bukan sekadar bercerita, tetapi sebagai strategi komunikasi yang mampu menyentuh sisi emosional dan membangun keterlibatan masyarakat dalam upaya memperkuat efektivitas kampanye komunikasi publik. Hal ini ditekankan oleh Ni Putu Sinta Dewi, S.Fil., S.I.Kom., M.I.Kom, terkait pentingnya pendekatan storytelling untuk mengkampanyekan pesan-pesan sosial yang berdampak terhadap kognisi audiens. Disampaikan dalam pelatihan bertajuk “Storytelling sebagai strategi Kampanye Komunikasi Public”. yang diselenggarakan pada Jumat, 20 Juni 2025 di Mataram.
Kegiatan ini menghadirkan puluhan peserta dari kalangan humas pemerintah, LSM, akademisi, dan praktisi komunikasi yang tertarik mengembangkan strategi kampanye yang lebih humanis dan berdampak.
Dalam pelatihannya, Ni Putu Sinta Dewi, S.Fil., S.I.Kom, M.I.Kom yang berprofesi sebagai Dosen Universitas Bumigora memaparkan bahwa storytelling mampu membangun koneksi yang kuat antara pesan dan audiens, terutama dalam kampanye komunikasi publik yang sering kali berhadapan dengan tantangan rendahnya partisipasi dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap isu-isu strategis.
“Kampanye yang hanya bersifat informatif tidak cukup. Masyarakat butuh pesan yang menyentuh dan menjadi solusi terhadap setiap permasalahan yang tengah dihadapi, Oleh sebab itu, penerapan storytelling menjadikan kampanye komunikasi public lebih bermakna dan mendorong aksi” jelasnya dalam pemaparan.
Materi pelatihan meliputi teknik menyusun narasi yang kuat dengan struktur orientasi, tantangan, solusi, dan dampak; membangun cerita berbasis data dan pengalaman lapangan; serta menyisipkan nilai-nilai institusi seperti integritas, pelayanan, dan transparansi ke dalam pesan kampanye.
Peserta juga diajak untuk menyusun contoh kampanye berbasis cerita dari isu aktual, seperti literasi digital, kesehatan mental, dan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
Pelatihan ini bertujuan untuk mendorong transformasi cara berkomunikasi di ranah publik, dari pendekatan teknokratis menjadi pendekatan yang lebih humanis dan partisipatif.
Melalui pelatihan ini, diharapkan para peserta dapat menerapkan storytelling dalam berbagai aktivitas komunikasi mereka, guna membangun narasi yang tidak hanya menginformasikan, tetapi juga menginspirasi dan menggerakkan.