Iklan

,

Biografi KH. Muhammad As’ad Umar Pendiri Unipdu Jombang

Kabar Nusantara
Senin, 24 Agustus 2020, 23.58 WIB Last Updated 2020-08-24T17:05:37Z

KH. Muhammad As’ad Umar

Kabar Nusantara
- Ahad 5 Desember 2010, tepatnya pukul 10.50 WIB, KH. Muh. As’ad Umar, pimpinan Ponpok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang telah dipanggil kehadirat yang Maha Kuasa. Pada hari itu pula, saat jenazah tiba sore hari di Kompleks Pesantren Darul Ulum, ribuan santri dan pentakziyah yang terdiri dari orang tua santri, masyarakat serta beberapa pejabat diantaranya Wagub Jatim, Wabup Jombang dll. Berikut ini informasinya.

Beliau lahir dan besar dalam lingkungan Pondok Pesantren Darul Ulum dan pernah menempuh pendidikan di Pesantren Krapyak Yogyakarta dan Perguruan Tinggi KeIslaman di Solo. Namun tidak sempat menyelesaikan kesarjanannya, karena harus pulang ke Darul Ulum untuk mendampingi orangtua dan mengabdikan diri membantu mengembangkan pesantren bersama para Kyai yang lain.


ULAMA’ DAN POLITISI


Perjalanan hidup Kyai As’ad Umar, sepertinya tidak terlepas dari sepak terjangnya dalam dunia politik. Sejak usia muda tercatat pada era ’60 hingga ‘70an beliau adalah Ketua Front Nasional dan Ketua DPRD Kab. Jombang dan kemuadian sebagai anggota DPRD Jawa Timur dari unsur NU, sehingga sangat berpean aktif dalam gerakan penumpasan G30S/PKI. Sejak PEMILU tahun ’82 hingga ’99 masuk sebagai anggota DPRD Jawa Timur dan DPR/MPR RI dari GOLKAR. Dimasa itu pula dengan penuh semangat dan keyakinan beliau selalu berupaya mnengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di Pesantren yang secara kualitas masih sangat tertinggal bila harus berkompetisi dengan lembaga pendidikan lain. Sehingga pada saat itu terdapat “trend” pesantren tempat pendidikan “anak nakal”, sementara para pejabat lebih memilih sekolah berkualitas, meskipun dikelola oleh lembaga yang berbeda keyakinan.


SEPAK TERJANG DALAM DUNIA PENDIDIKAN


Pada era ‘60an, tepatnya tahun 1965, bersama Kyai Musta’in Romly dan Kyai lain mendirikan Universitas Darul Ulum, sehingga menjadikan Pesantren Darul Ulum sebagai pesantren pertama mengelola universitas. Sepeninggalan Kyai Musta’in, pengelolaan Universitas diserahkan kepada keluarga dan putra-putri Kyai Musta’in. Kyai As’ad lebih berkonsentrasi mengembangkan pendidikan yang ada di pesantren. Pada saat itu ide-ide pengembangan pendidikan mengalir tanpa henti, mulai dari mendirikan Akademi Keperawatan (AKPER), SMA Unggulan, SMK Telekomunikasi dan sekolah unggulan lain yang waktu itu belum terpikirkan oleh Kyai/pesantren di Indonesia. Karya lainnya adalah Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum atau UNIPDU (merjer dari AKPER, AKBID, STIBA dan STAI Darul Ulum), pada tahun 2001 diresmikan oleh Wapres RI. Hamzah Haz, serta Rumah Sakit UNIPDU MEDIKA, pada tahun 2007 diresmikan Wapres RI. HM. Jusuf Kalla.


KIAT-KIAT MANAJEMEN


Dimata penulis, selama masa kepemimpinannya bersama keluarga besar Darul Ulum, beliau menerapkan beberapa kiat manajemen yang ternyata mampu merubah paradigma pesantren yang selama ini seakan-akan terkesan hanya tersentral pada figur personal Kyai menjadi sebuah sistem. Sebagian dari kiat beliau adalah :


1. Melarang anggota keluarga inti pesantren sebagai pimpinan sekolah/madrasah yang dikelola.


Mulai dari Kepala Sekolah/Madrasah hingga wakil-wakilnya, anggota keluarga lebih berperan sebagai penentu kebijakan umum dan mengajar sesuai dengan kompetensi dan kualifikasinya, Sehingga hubungan antara pengelola sekolah/madrasah dengan pimpinan pesantren/Majlis lebih bersifat professional, tidak terlalu bersifat “emosional”. Hal ini adalah upaya mengantisipasi terjadinya konflik yang sering terjadi di lembaga-lembaga sejenis.


2. Menggratiskan biaya pendidikan siswa sekolah unggulan


Pada saat awal pendirian sekolah unggulan, hampir semua kalangan meragukan keberadaannya, bahkan tidak sedikit yang memandang sebelah mata. Sehingga tidak mudah pula merekrut calon siswa untuk dijadikan “siswa percobaan”. Untuk itu maka beliau membuat kiat menggratiskan biaya pendidikan. Meski ketika itu terjadi kontroversi baik internal maupun eksternal. Tapi komitmen dan keberanian beliau, itu dapat berjalan dengan baik, bahkan lulusan angkatan pertama yang berjumlah 70 siswa, 80% diterima di PTN favorit di Indonesia. Sejak itu, kepercayaan masyarakat menjadi sangat tinggi, sehingga kini menjadi sekolah RSBI dan masuk peringkat sekolah favorit regional dan nasional karena sekaligus juga sebagai CIC (Cambridge International Centre). Namun demikian dalam segi pembiayaan, meski tidak mungkin menggratiskan beliau tetap menekankan bahwa biaya pendidikan tetap harus terjangkau bagi banyak pihak.


3. “Networking” dengan semua pihak


Menjalin hubungan dengan semua pihak adalah satu kiat yang ditanamkan, ibaratnyanya teman sejuta masih kurang, musuh 1 terlalu banyak. Sehingga seluruh jajarannya dimotivasi untuk selalu terbuka, melakukan kerjasama dengan banyak pihak, baik itu institusi pemerintah: Departemen/Kementrian Pendidikan, Kemen-trian Agama dan Kementrian lain maupun dengan pihak swasta bahkan luar negeri.


4. Tidak “Pelit” berbagi dengan lembaga/pesantren lain


Dari keberhasilan-keberhasilan yang telah diraih dalam pengembangan lembaga yang dikelola, ternyata beliau selalu dengan senang hati berbagi kiat dengan lembaga-lembaga lain. Hal ini dapat diperlihatkan dari cara beliau menyambut setiap tamu yang datang untuk bersilaturrahmi dalam rangka studi banding. Sebagai catatan, sejak adanya AKPER dan sekolah unggulan, pesantren Darul Ulum hampir tiap pekan menerima kunjungan studi banding dari berbagai instansi, lembaga pendidikan maupun pesantren. Yang kesemuanya disambut dengan baik, bahkan beberapa lembaga/pesantren yang dengan sungguh-sungguh bermaksud mengikuti jejaknya didukung dengan sepenuh hati. Karena itu saat ini, banyak pesantren yang juga mengelola Pendidikan Kesehatan (STIKES) dan sekolah unggulan sebagai mana yang dilakukan oleh Pesantren Darul ‘Ulum.


Itulah beberapa kiat yang dapat penulis tuliskan dalam kesempatan ini, dengan harapan dapat menjadi inspirasi bagi para pimpinan, khususnya Kyai yang dalam mengemban amanah dan mengabdi di dunia pendidikan untuk kepentingan generasi mendatang.


unipdu-kh-asad-3Tidak berlebihan apabila MENDIKNAS RI, Prof. DR. H. M. Nuh, DEA ditengah kesibukannya menyempatkan diri untuk bertakziyah sebagai bentuk penghormatan atas apa yang telah beliau lakukan. Prof. M. Nuh menyampaikan bahwa sosok Kyai As’ad Umar yang sudah lama dia kenal adalah Kyai yang “Langka”, karena dalam masa hidupnya benar-benar bekerja keras dan berpikir untuk pendidikan anak bangsa. Bahkan diatas kursi roda selama 6 tahun sejak terserang stroke, beliau tetap memiliki motivasi yang tinggi untuk mengembangkan institusinya. Beliau berani berinovasi melangkah berbeda dengan pesantren lain. Beliau berani memulai menamakan sekolah “Unggulan”. Yaitu sekolah yang memadukan kurikulum Pesantren dan kurikulum nasional. Yang hasilnya saat ini dapat dilihat dan dirasakan oleh banyak pihak.


Sejak adanya sekolah unggulan tersebut, sekolah-sekolah dan madrasah di Darul Ulum menjadi sekolah yang dapat berprestasi dan mampu bersaing baik di tingkat regional maupun nasional. Namun demikian perlu penulis tekankan juga bahwa keberhasilan yang dilakukan semasa beliau memimpin Darul Ulum tentunya bukan keberhasilan pribadi semata, itu semua tidak terlepas dari dukungan semua pihak, khususnya Majlis Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum, putra/putrinya, para orang tua/wali santri dari berbagai penjuru tanah air, para alumni, instansi pemerintah baik Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur maupun Pemerintah Pusat.


Beliau menghembuskan nafas terakhir didampingi istri dan 8 putra/putrinya dalam usia 77 tahun, meninggalkan 8 putra-putri dan 19 cucu. Mudah-mudahan segala amal baik beliau diterima dan segala kesalahan dan dosanya diampuni oleh Allah SWT. Menggunakan istilah MENDIKNAS RI, Selamat Jalan Sang Inovator Pesantren.


*Penulis adalah Putra kedua KH. Muh. As’ad Umar

Sumber http://www.oldsite.unipdu.ac.id