Kabar Nusantara - Remahan keripik ubi jalar yang tadinya dianggap sampah, oleh tim pengabdian Universitas Surabaya {Ubaya} diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi dan membuka peluang usaha baru. Inovasi ini dilakukan oleh tim dosen Ubaya yang terdiri dari Idfi Setyaningrum dari Fakultas Bisnis dan Ekonomika selaku ketua tim, Gunawan dari Jurusan Teknik Industri, dan Daniel Soesanto dari Teknik Informatika sebagai anggota. Tim pengabdian Ubaya ini memberikan pelatihan dan pendampingan Industri Mikro Camilan RIA yang berlokasi di Desa Selotapak, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.
Program ini merupakan bagian dari Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat {PKM} tahun 2025yang mendapat support pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DPPM), Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjend Risbang), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek).
Ketua tim PKM Ubaya, Idfi Setyaningrum menjelaskan bahwa kegitan pelatihan dan pendampingan ini bertujuan memperkuat inovasi produk, efisiensi produksi, serta mendorong penerapan prinsip ekonomi hijau di sektor usaha mikro.
Pelatihan dan pendampingan difokuskan pada diversifikasi produk dengan memanfaatkan sisa hasil produksi berupa remahan kripik ubi ungu dan ubi kuning yang selama ini terbuang sebagai limbah. Melalui inovasi, remahan tersebut diolah menjadi produk camilan baru bernilai jual tinggi yaitu Dame Fondan Keripik Ubi dan Cake Ubi Ungu With Streussel. Langkah ini tidak hanya memberikan peluang peningkatan pendapatan bagi pelaku usaha, tetapi juga menjadi solusi ramah lingkungan dalam mengurangi sampah produksi.
Selain mengajarkan teknik pengolahan, tim pendamping juga membekali peserta dengan keterampilan penggunaan peralatan produksi modern seperti oven, grinder, mixer, dan sealer otomatis. Dengan pemanfaatan peralatan tersebut, proses produksi diharapkan lebih efisien, kualitas produk lebih terjaga, dan hasil yang diperoleh lebih optimal.
“Prinsip ekonomi hijau sangat penting untuk UMKM. Sampah bukan lagi dianggap beban, tetapi dapat menjadi bahan baku inovatif yang menghasilkan nilai tambah. Inilah yang kami dorong agar usaha mikro mampu berkembang sekaligus berkontribusi pada kelestarian lingkungan,” ujar Idfi Setyaningrum yang juga merupakan sekretaris LPPM Universitas Surabaya.
Pemilik industri mikro Camilan RIA, Nanik Riasih, menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih atas pelatihan dan pendampingan yang diberikan oleh tim pengabdian Ubaya. “ Terima kasih Ubaya tidak hanya membantu kami dari sisi produksi, dan teknologi, tetapi juga menanamkan semangat berbisnis berkelanjutan, “ ujar Nanik Riasih.
Sementara itu, Kepala Desa Selotapak, Agus Sugiono yang selalu hadir mendampingi kegiatan pengabdian Ubaya menyampaikan terima kasih kepada Ubaya dan DPPM Kemdiktisaintek. “Atas nama Pemerintah Desa Selotapak perkenankan kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada DPPM Kemdiktisaintek dan Ubaya yang telah mendampingi industri mkro di desa kami. Dengan adanya pendampingan Ubaya ini, industri mikro Camilan RIA sekarang mampu menjadi contoh industri mikro yang inovatif, berdaya saing, serta menerapkan konsep ekonomi hijau yang mendukung pembangunan desa yang maju dan berkelanjutan. Kami berharap Ubaya terus mendampingi desa kami’, pungkas Agus Sugiono penuh harap.