Iklan

,

Bincang Keprotokolan Pemprov DKI Jakarta: Mengubah Pengalaman Tacit Menjadi Aset Pengetahuan

Kabar Nusantara
Kamis, 25 September 2025, 13.07 WIB Last Updated 2025-09-25T06:07:21Z

 



Kabar Nusantara - Jakarta, Dalam hiruk-pikuk kegiatan pemerintahan yang sering kali memerlukan keputusan kilat dan adaptasi mendadak, para protokoler Pemprov DKI Jakarta punya cerita unik yang jarang terdengar. Itulah yang terkuak dalam sesi "Bincang Keprotokolan Pemprov DKI Jakarta", kegiatan Community of Practice (CoP) Knowledge Management (KM) Biro Keprotokolan yang berlangsung di Lantai 23 Gedung Ali Sadikin, Balaikota DKI Jakarta, Selasa pagi ini. Bukan sekadar nostalgia, acara ini menjadi jembatan untuk mengubah pengalaman harian yang intuitif—atau tacit—menjadi aset pengetahuan yang terstruktur dan dapat dibagikan.


Moderatori sesi bincang Keprotokolan Pemprov DKI Jakarta, Joni, Kasubag Protokol yang dikenal dengan kemampuannya berpikir cepat dan mengambil keputusan tepat waktu, membuka diskusi dengan kisah pribadinya yang langsung menyentuh inti profesi ini.

"Ketika bekerja, ada persiapan acara melalui perwira acara, berbagi tugas dengan rinci setiap tugas, mengawal kegiatan atasan agar berjalan lancar. Bertugas ke seluruh DKI Jakarta akhirnya membuat kita tahu wilayah dengan baik, yang menjadi aset berharga untuk efisiensi tugas," ceritanya, seolah mengajak peserta lain menyelami dunia protokol yang penuh dinamika.


Alur diskusi pun mengalir seperti acara protokol yang terkoordinasi rapi. Evi Sitorus berbagi bagaimana penugasan mendadak sebagai MC atau pembawa acara sering kali tanpa persiapan matang, tapi justru menjadi pelajaran berharga untuk tetap tenang di bawah tekanan. Reiyhan menambahkan warna dengan pengalamannya "protokol rasa ajudan", di mana peran staf protokol membawa rasa bahagia meski ditempa kondisi tanpa persiapan, dengan sisi positif seperti bertemu banyak orang hebat.


Subhan, dari bagian protokol, menceritakan bahwa ia belum pernah ikut pelatihan keprotokolan formal, tapi belajar dari tugas kelurahan hingga menulis undangan "Yang Terhormat" untuk dibacakan atasan, dibantu mesin, serta mendampingi kegiatan. "Penugasan harus ditugaskan kemana saja, akhirnya tahu wilayah secara mendalam," katanya. Sementara Arri dari Subbagian Protokol 3 menekankan sikap tenang dalam menghadapi tantangan: "Semua harus dilalui, dihadapi, dirasakan. Ada kondisi silent yang dilaksanakan saat pendaratan, banyak tempat yang kita kunjungi, akses didapat tidak semua orang rasakan, ketemu banyak orang hebat."


Cerita-cerita ini tak berhenti di permukaan; mereka menjadi bahan bakar untuk diskusi mendalam tentang model SECI—Socialization, Externalization, Combination, Internalization—yang mengubah pengalaman tacit seperti penugasan mendadak menjadi dokumentasi explicit, membangun budaya berbagi yang lebih kuat.

Kabag Protokol Ahmad Thohari menekankan urgensinya: "Pengalaman tacit seperti penugasan mendadak harus dibukukan menjadi explicit melalui repositori KM. Ini akan mengubah pengetahuan intuitif menjadi aset organisasi yang bisa dibagikan, mencegah hilangnya wawasan saat pergantian staf." Ujarnya.


Joni, sebagai moderator, menambahkan sentuhan pribadi yang memperkaya diskusi: "Sebagai protokoler, pengalaman saya dalam berbagi tugas rinci dan mengenal wilayah DKI membuat saya sadar betapa pentingnya KM. Ini bukan hanya tugas, tapi membangun rasa bahagia dan ketenangan dalam menghadapi situasi mendadak."

Syaifulloh Principle Consultan PT Madep Jakarta yang menjadi pendamping program ini mengatakan bahwa SECI sebagai kunci dengan penjelasan mendalam. Selanjutnya, combination memungkinkan integrasi dengan data GIS wilayah untuk menciptakan peta penugasan interaktif, sementara internalization melalui simulasi pelatihan akan menguatkan kemampuan adaptasi tim, sehingga level KM secara keseluruhan naik dan mendukung inovasi protokol yang lebih efektif di masa depan.


"Dalam model SECI, socialization seperti sharing pengalaman mendadak di sini adalah langkah awal yang krusial untuk membangun ikatan tim. Namun, kita harus melanjutkan ke externalization melalui dokumentasi sistematis, seperti mencatat prosedur penugasan mendadak dalam repositori KM, agar pengetahuan tacit menjadi explicit dan mudah diakses”. Pesannya.

Sementara Didik,  konsultan lainnya memuji dinamika CoP dengan analisis yang lebih dalam. Dengan fondasi ini, CoP bisa berkembang menjadi katalisator inovasi, seperti pengembangan tools digital yang memfasilitasi dokumentasi real-time, sehingga mempercepat transformasi pengetahuan tacit menjadi aset strategis organisasi.


"CoP di Biro Keprotokolan sudah organik, terlihat dari sharing pengalaman lapangan yang hidup dan autentik, di mana staf merasa nyaman berbagi tantangan seperti kondisi silent atau penugasan mendadak. Ini bukti bahwa KM bukan lagi formalitas administratif, tapi telah menyatu sebagai bagian integral dari budaya kerja sehari-hari, di mana pengetahuan mengalir secara alami antar anggota tim”. Ujarnya.

Afa dari BPSDM menambahkan visi ke depan: "Keberlanjutan CoP di triwulan 4 harus fokus pada integrasi dengan SKPD lainnya dehingga pengalaman protokoer bias dibagi ke SKPD lainnya. “Dengan sharing session yang massif melalui CoP Protokoler menjadi kuat dalam tacit menuju eksplisit dan , memastikan pengetahuan protokol mendukung pelayanan publik yang lebih baik." Pesannya.


Kepala Pusdatin BPSDM Pemprov DKI Jakarta, Andika Pratama, saat dihubungi terpisah menyampaikan bahwa kegiatn CoP di Bagian Protokoler Pemprov DKI Jakarta menajdi ajang berbagi pegetahan dan menghidupkan sharing session yang menjadi kebutuhan perkembangan knowledge Management melalaui CoP di organisasi.

 "Kami sangat mendukung berbagai upaya CoP dalam sharing session seperti ini, karena KM adalah fondasi untuk membangun SDM pemerintahan yang adaptif. Dengan mengubah pengalaman tacit menjadi dokumentasi explicit, kita tidak hanya memperkuat keprotokolan, tapi juga menciptakan ekosistem kolaborasi yang berkelanjutan. BPSDM siap berkontribusi melalui integrasi data Pusdatin ke repositori KM, agar inovasi seperti ini terus berkembang dan mendukung visi Jakarta sebagai ibu kota yang cerdas." Tegasnya.


Kabag Protokol Ahmad Thohari menambahkan, Biro Keprotokolan kini memiliki fondasi KM yang solid, siap melangkah ke optimalisasi di melalui metrik evaluasi yang lebih tajam. Acara ini awal dari gelombang inovasi yang akan mengubah cara para protokoler bekerja, dari cerita lapangan menjadi strategi pemerintahan yang lebih efektif dan inklusif. “Kami berharap pada TW 4 kegiatan selanjutnya diharapkan menjadi inspirasi bagi seluruh OPD di Pemprov DKI terkait keprotokolan sehingga menjadi langkah bergerak maju menjadi kota Global dan  membuktikan bahwa pengetahuan adalah kunci menuju Jakarta yang lebih maju.