Kabar Nusantara - Sebelum sukses mengelola pertanian bersama puluhan petani di kelompok Hijau Daun, Ahmad Naufal dulu bekerja di dunia surveyor. Lulusan teknik mesin industri ini mengelola pertanian bersama petani di Desa Sambilawang, Waringin Kurung Kabupaten Serang dan berhasil memotong jalur tengkulak untuk memasarkan langsung di jaringan ibu rumah tangga.
Bersama kelompok tani Hijau Daun, Naufal sering berkeliling ke perumahan mencari jaringan reseller yang ingin menjual produk pertanian Ia dan kelompoknya. Selain bisa langsung dibeli oleh masyarakat, harga tawaran yang diberikan cukup tinggi dibandingkan ke tengkulak. Cara ini Ia lakukan agar petani dan pembeli sama-sama untung.
Ada beberapa perumahan besar di Kabupaten dan Kota Serang yang menjadi langganan kelompok tani ini. Misalkan, perumahan Taman Widya Asri, Puri Angrek, RS Pemda. Namun, menurut Naufal, selain ke langganan ibu-ibu rumah tangga di perumahan, Ia juga biasanya banyak menerima pesanan melalui media sosial atau grup percakapan seperti WhatsApp.
Pemuda kelahiran 1984 ini sebetulnya mulai menggeluti dunia pertanian pada 2008 lalu. Jenis pertanian yang Ia buat dinamakan pertanian ramah lingkungan. Penggunaan pestisida dilakukan sekecil mungkin dan banyak menggunakan pestisida yang Ia buat sendiri dari bahan nabati dan hewani. Campuran tumbuhan seperti buah Maja, Lengkuas, Picung, Jahe, Daun Sirih, buah Jambu Ia buat sedemikian rupa untuk tambahan pestisida buatan.
Selain ramah lingkungan bagi lahan di sekitarnya, penggunaan metode pembuatan pestisida buatan ini menurut Naufal mengurangi masa tanam. Ia mengaku dalam 65-70 hari, cabai yang ditanam bisa langsung dipanen.
Untuk modal 7-15 juta di tahun 2016 dan luas lahan 7000 meter, semenjak bulan Agustus sampai Desember, panen cabai dari tanahnya juga sudah memberikan keuntungan kotor ratusan juta rupiah. Apalagi, akhir tahun kemarin sampai Januari 2017 harga cabai sampai menembus 90 ribu per kilogram di pasaran. Ini belum termasuk puluhan petani yang tergabung dalam kelompok tani Hijau Daun. Masing-masing memiliki keuntungan berbeda-beda.
"Kalau kotor kemarin dapat ratusan juta dan panen terakhir 2 ton lebih. berhubung dipotong dengan penurunan aset, kerusakan mesin, dan lain-lain," ujar Naufal.
Filosofi pestisida buatan milik Naufal diambil dari prinsip kehidupan sehari-hari. Karena memiliki dasar sebagai mekanik, Ia banyak otak-atik soal kegunaan buah-buahan untuk tanaman.
"Ilmunya dapat dari manusia. Ketika (badan) terkena jamur bisa dengan Lengkuas. Tanaman saja punya nyawa. Referensinya otak-atik aja," ujar Naufal.
Sebetulnya, daerah Waringin Kurung relatif lahan daerah yang mengandalkan hujan. Begitu musim kemarau, Ia kemudian mensiasati kekurangan air menggunakan mesin Alkon dan pompa air. Ada titik-titik sumber air yang digunakan untuk mengaliri lahan sawah puluhan hektar milik Ia dan kelompok tani Hijau Daun.
Selain itu, kesadaran petani yang awalnya hanya menanam padi, sekarang sudah mulai berubah. Puluhan hektar lahan di bawah naungan kelompok Hijau Daun sepanjang tahun selalu berpoduksi. Selain cabai, ada petani yang menanam timun, kacang panjang, terong. Di saat musim hujan sebagian petani juga ada yang menanam padi untuk pasokan bahan pokok setahu. (Ari Citizen Jurnalism)