Iklan

,

Kesehatan Mental Mahasiswa Tantangan dan Solusi di Tengah Tekanan Akademik

Senin, 23 Desember 2024, 14.29 WIB Last Updated 2024-12-23T09:22:27Z

 

Penulis Indah Azzahra Ritonga

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara


Kabar Nusantara Kesehatan mental menjadi isu yang semakin penting di kalangan pelajar. Dengan tuntutan akademik yang tinggi, tekanan dari lingkungan sosial, hingga kebutuhan untuk memenuhi ekspektasi diri sendiri, banyak mahasiswa yang mengalami stres, kecemasan, hingga depresi.

 

Tekanan Akademik yang Berat

Menurut survei yang dilakukan oleh Universitas Indonesia, 7 dari 10 mahasiswa melaporkan mengalami tekanan mental yang signifikan selama perkuliahan. Batas waktu tugas, ujian bertubi-tubi, serta kurangnya waktu istirahat menjadi penyebab utama.

 

Salah satu pelajar, Rani (20), mengungkapkan, “Kadang saya merasa lelah sekali, tetapi tugas tidak ada habisnya. Saya ingin istirahat, tapi rasanya seperti membuang-buang waktu.”

 

Dampak pada Prestasi dan Kehidupan Sosial

Stres yang tidak terkelola dengan baik dapat berdampak pada menurunnya prestasi akademik dan hubungan sosial siswa. Banyak yang merasa kesepian dan terlindungi, meskipun berada di lingkungan kampus yang ramai.

 

Andini Wibowo, seorang psikolog klinis, menyebutkan bahwa pelajar sering kali merasa sulit untuk mencari bantuan. “Stigma terhadap kesehatan mental membuat siswa enggan berbicara. Padahal, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik,” jelasnya.

 

Solusi untuk Mengatasi Masalah Kesehatan Mental

Beberapa kampus telah mengambil langkah positif dengan menyediakan layanan konseling gratis dan program pengembangan diri. Namun, partisipasi siswa masih rendah karena kurangnya informasi atau rasa takut dianggap lemah.


Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu siswa:

 

Atur Waktu dengan Baik: Gunakan metode seperti pemblokiran waktu untuk mengatur jadwal harian.

Istirahat yang Cukup: Jangan menambah kebutuhan tidur. Kurang tidur dapat menambah stres.

Cari Dukungan: Berbicara dengan teman, keluarga, atau konselor kampus dapat membantu meringankan beban mental.

Berolahraga: Aktivitas fisik dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi kecemasan.

Hindari Perfeksionisme: Terima bahwa tidak semua hal harus sempurna. Fokuslah pada kemajuan, bukan kesempurnaan.

 

Kesimpulan

Kesehatan mental pelajar adalah isu yang tidak boleh diabaikan. Dengan kolaborasi antara mahasiswa, kampus, dan masyarakat, masalah ini diharapkan dapat terselesaikan dengan lebih baik. Mari ciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental bagi generasi muda!