Penulis: Syahrul Muharom dan Marisa | Universitas Pamulang
Kabar Nusantara- Pilkada di Indonesia adalah salah satu momentum penting dalam sistem demokrasi, yang memungkinkan masyarakat untuk memilih pemimpin lokal. Pemilihan ini memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memilih pemimpin yang dianggap dapat mewakili dan meningkatkan kehidupan di wilayah tersebut. Pilkada digunakan sebagai sarana strategis untuk mengukur kesadaran politik dan partisipasi masyarakat Indonesia. Pentingnya Pilkada dapat dilihat dari bagaimana hal itu berdampak pada masyarakat setempat. Pemimpin yang terpilih memiliki peran besar dalam menentukan kebijakan, pembangunan, dan kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Oleh karena itu, sangat diharapkan bahwa masyarakat berpartisipasi aktif dalam Pilkada untuk memastikan bahwa pemimpin yang berkualitas tinggi dipilih dan dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Tapi ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan dan diperhatikan saat Pilkada di Indonesia berlangsung.
Seperti yang diketahui, pasangan Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan, calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat, mendapat nomor urut 4 dalam pemilihan kepala daerah serentak yang diadakan kemarin pada tanggal 27 November 2024. 14 partai politik—Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, Partai Buruh, PRIMA, Perindo, PBB, dan Partai Umat—mengambil bagian dalam pasangan ini. Dedi mulyadi, seorang anggota partai gerindra yang pernah menjabat sebagai bupati Purwakarta. Dedi Mulyadi adalah seorang aktivis dan politikus Indonesia yang lahir pada 11 April 1971. Dari 2019 hingga 2023, dia menjabat sebagai anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat daerah pemilihan Jawa Barat VII. Dedi telah menjabat sebagai bupati Purwakarta selama dua tahun sebelumnya.
Erwin Kurniawan adalah calon wakil gubernur Jawa Barat. Erwin membawa semangat dan ide-ide baru untuk memajukan provinsi yang memiliki lebih dari 48 juta orang ini, karena dia lebih muda dari banyak politikus lainnya. Erwin memiliki pengalaman yang cukup luas dalam bidang bisnis dan pengembangan ekonomi kreatif, meskipun dia tidak berasal dari latar belakang politik tradisional. Latar Belakang Pendidikan dan Karier: Erwin Kurniawan memiliki pendidikan yang kuat dengan fokus pada pembangunan ekonomi dan sosial. Ia dikenal sebagai pengusaha muda yang aktif dalam bisnis, terutama di ekonomi kreatif dan digital. Erwin banyak membantu pertumbuhan UMKM sebelum terjun ke dunia politik.
Mengingat kompleksitas masalah yang dihadapi provinsi Jawa Barat, persaingan calon wakil gubernur (cawagub) Jawa Barat antara Dedi Mulyadi dan Erwin Kurniawan memang bisa dipandang sebagai ajang yang memunculkan sejumlah masalah strategis. berbagai masalah substantif seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, peningkatan jumlah penduduk, dan pendidikan yang tidak merata menjadi masalah besar. Salah satu masalah yang sangat mendasar adalah masalah pendidikan, terutama distribusi sekolah yang tidak merata. Baik sekolah swasta maupun negeri sangat terkonsentrasi di kota-kota besar, terutama di pusat perkotaan, yang menciptakan perbedaan besar dengan daerah pedesaan atau terpencil. Hal ini pasti akan memperburuk akses ke pendidikan yang baik, terutama bagi orang-orang kurang mampu yang tinggal di daerah pinggiran.
Dedi Mulyadi, yang terkenal karena pengalamannya dalam pemerintahan dan hubungannya yang dekat dengan dengan daerah pedesaan atau terpencil. Hal ini pasti akan memperburuk akses ke pendidikan yang baik, terutama bagi orang-orang kurang mampu yang tinggal di daerah pinggiran. Dengan pengalamannya dalam pemerintahan dan hubungannya dengan masyarakat di tingkat bawah, Didi Mulyadi mungkin memiliki pendekatan yang lebih terfokus pada pembangunan daerah terpencil. Melalui pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat, ia cenderung menekankan pada pemecahan masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial. Sementara itu, mengingat rekam jejaknya, Erwin Kurniawan mungkin lebih memprioritaskan peningkatan sistem pendidikan dan pemberdayaan ekonomi berbasis teknologi. Teknologi dan digitalisasi dapat membantu pemerataan pendidikan dan kualitas hidup masyarakat, terutama dengan menciptakan peluang kerja baru di berbagai wilayah.
Namun, kedua calon harus memiliki rencana yang jelas dan terukur untuk mengatasi masalah seperti peningkatan populasi dan kemiskinan. Misalnya, memberikan pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja saat ini, memperluas jangkauan dan kualitas sekolah di daerah yang selama ini terpinggirkan, dan memperkuat sektor pendidikan dengan pendekatan yang lebih inklusif. Hal ini dapat meningkatkan daya saing masyarakat di era globalisasi dan membantu mengurangi pengangguran. Oleh karena itu, Dedi Mulyadi dan Erwin Kurniawan harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan besar ini. Selain itu, mereka harus menunjukkan kemampuan untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan pemerataan sosial di seluruh Jawa Barat melalui kebijakan yang nyata.
Selain transparansi, perlu juga dicermati bagaimana para calon mengkomunikasikan program-program kerja mereka kepada masyarakat. Terkadang, kampanye lebih difokuskan pada serangan pribadi antar calon daripada substansi program kerja yang ditawarkan. Ini dapat mengaburkan pandangan masyarakat dan mengalihkan perhatian dari isu-isu penting yang seharusnya dibahas dalam konteks Pilkada.
Oleh karena itu, saran yang dapat diberikan adalah perlunya regulasi yang lebih ketat terkait etika kampanye. Pihak penyelenggara Pilkada perlu memastikan bahwa setiap calon berkampanye dengan memfokuskan pada solusi konkret bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat di daerah tersebut. Selain itu, kampanye negatif yang bersifat personal perlu dihindari, dan perlu dibentuk mekanisme pengawasan yang efektif untuk menindaklanjuti pelanggaran-pelanggaran etika kampanye.
Penulis: Syahrul Muharom dan Marisa
Mata Kuliah: Pendidikan Politik Diampu oleh Dr. Herdi Wisman Jaya
Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan | Universitas Pamulang