Subejo menekankan perlunya mempertimbangkan tingkat maturitas CoP, yang
kemungkinan masih berada di level 1 atau 2, dalam proses penilaian. “Kita tidak
bisa menyamakan CoP yang masih di level awal dengan yang sudah lebih maju,”
jelasnya. Ia menegaskan bahwa penyesuaian penilaian berdasarkan tingkat
maturitas akan memastikan evaluasi yang lebih relevan dan adil bagi setiap
SKPD.
Masukan lain dalam diskusi ini mencakup usulan Pak Andika untuk
meningkatkan partisipasi aktif anggota CoP dan pendampingan terkoordinasi,
serta saran Helena untuk bobot berbeda pada indikator pen anaemia. Bu Widi
mengusulkan juri tamu untuk objektivitas, sementara Ibu Sarah menyoroti
pentingnya memahami hambatan CoP.
Yossi, anggota konsultan, menekankan pentingnya need assessment
sebagai dasar pendampingan di setiap SKPD. “Need assessment
diperlukan untuk mengetahui kebutuhan spesifik setiap SKPD,” katanya. Deni
menambahkan bahwa hasil asesmen sangat penting untuk memastikan pendampingan
CoP efektif. “Hasil asesmen menjadi panduan utama dalam pendampingan CoP,”
ujarnya.
Didik mengusulkan penerapan pendekatan
Pareto (80/20 Rule) sebagai metode prioritisasi dalam sistem
penilaian KM Award. Menurutnya, pendekatan ini penting agar organisasi dapat
lebih fokus pada aspek-aspek yang memiliki dampak terbesar terhadap
keberhasilan pengelolaan pengetahuan.“Dengan pendekatan
Pareto, kita bisa memetakan 20 persen aktivitas yang paling berkontribusi
terhadap 80 persen capaian knowledge management. Hal ini akan memudahkan tim
dalam menentukan prioritas intervensi dan penguatan program ke depan,”
jelas Didik saat memaparkan gagasannya.