Kabar Nusantara - Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober selalu menjadi momen refleksi bagi bangsa ini. Tema tahun 2024, “Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan”, mengingatkan kita akan perjalanan panjang perjuangan santri, sekaligus mengajak mereka untuk terus melangkah maju di tengah arus perubahan zaman. Dalam konteks ini, kita perlu melihat kembali kekuatan santri dalam menyebarkan pesan-pesan kebajikan, mulai dari masa perjuangan kemerdekaan hingga era digital yang serba cepat ini.
Resolusi Jihad dan Komunikasi Massa Mbah Wahab
Sejarah Hari Santri tak bisa dilepaskan dari Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Seruan ini menegaskan kewajiban umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di balik keluarnya resolusi tersebut, ada peran penting KH Abdul Wahab Hasbullah, yang menggerakkan para ulama dan pesantren untuk menyebarkan semangat jihad ini ke seluruh pelosok Jawa. Melalui jaringan Nahdlatul Ulama, beliau menyampaikan pesan-pesan perjuangan yang membakar semangat para santri dan masyarakat.
Komunikasi massa pada masa itu mungkin sederhana, tetapi punya kekuatan luar biasa. KH Abdul Wahab Hasbullah memastikan pesan resolusi jihad tersebut menggema, menggerakkan hati para santri untuk berjuang melawan penjajah. Di sisi lain, sosok Bung Tomo dengan pidato-pidatonya yang menggugah melalui radio menjadi pengobar semangat bagi arek-arek Surabaya. Meski tanpa media sosial atau teknologi canggih, Bung Tomo mampu menyatukan ribuan jiwa dengan kata-kata yang penuh emosi dan patriotisme. Ini adalah bukti bahwa komunikasi yang tulus dan tepat sasaran mampu menggerakkan banyak orang.
Hari ini, tugas serupa berada di tangan para santri di era digital. Mereka tidak lagi hanya mengandalkan pesan lisan atau radio, melainkan memanfaatkan media sosial dan berbagai platform digital. Tantangannya adalah bagaimana mereka bisa menyampaikan pesan-pesan positif yang kuat, relevan dengan generasi muda, dan tetap sejalan dengan semangat juang yang diwariskan oleh para pendahulu.
Peluang Santri di Era Digital
Teknologi digital membuka peluang yang sangat luas bagi santri dan pesantren untuk menjangkau masyarakat. Lewat media sosial, santri bisa menyebarkan nilai-nilai agama, nasionalisme, dan toleransi kepada khalayak yang lebih luas. Banyak pesantren yang kini aktif memanfaatkan platform seperti YouTube, Instagram, hingga podcast untuk mengunggah ceramah, kajian, dan diskusi keagamaan. Contohnya, Pesantren Lirboyo dan Pondok Modern Darussalam Gontor secara konsisten memproduksi konten dakwah yang mudah diakses oleh siapa saja, dari santri hingga masyarakat umum.
Media digital memungkinkan pesantren untuk hadir di tengah dinamika kehidupan sehari-hari masyarakat. Mereka dapat mengubah cara penyampaian pesan, dari yang formal menjadi lebih santai dan bersahabat. Dengan demikian, nilai-nilai Islam bisa diterima dengan cara yang lebih mudah dipahami dan relevan bagi anak muda.
Santri Influencer Media Sosial
Tidak hanya pesantren, para santri individu juga kini muncul sebagai santri influencer. Mereka adalah santri yang aktif di media sosial dan memiliki banyak pengikut. Dengan gaya bicara yang santai namun berisi, mereka menyampaikan pesan-pesan agama yang damai, toleran, dan penuh kebijaksanaan. Misalnya, santri-santri muda di Yogyakarta dan Jawa Timur sering membuat konten di TikTok yang membahas tema-tema agama, tapi dikemas dengan cara yang ringan dan menghibur. Mereka membahas tentang toleransi, akhlak, hingga cerita inspiratif dari kisah para nabi dengan bahasa yang akrab bagi pengguna media sosial.
Selain itu, pesantren-pesantren seperti Nurul Jadid di Jawa Timur mengelola akun media sosial mereka secara profesional. Mereka menyebarkan ceramah singkat, video keseharian pesantren, serta mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai Islam. Konten mereka tidak hanya menampilkan sisi religius, tetapi juga kebersamaan, kehangatan, dan dinamika kehidupan santri. Ini membuat pesan yang disampaikan terasa lebih dekat dan nyata.
Menyambung Juang di Era Digital
Di era ini, santri memiliki tanggung jawab besar untuk mengisi ruang digital dengan konten yang mencerahkan. Sama seperti KH Abdul Wahab Hasbullah yang menggerakkan pesantren untuk menyebarkan Resolusi Jihad dan Bung Tomo yang menggunakan radio untuk mengobarkan semangat perjuangan, santri masa kini juga bisa menjadi pelopor perubahan melalui media digital. Mereka bisa memanfaatkan platform-platform ini untuk menyampaikan pesan damai, menyebarkan semangat kebersamaan, dan melawan narasi-narasi negatif yang sering kali mendominasi dunia maya.
Dengan mengelola media sosial secara bijak, santri mampu menyebarkan pesan-pesan yang sejuk di tengah arus deras informasi yang kadang tidak sehat. Santri bisa menjadi penyeimbang di ruang publik digital, dengan menyajikan konten yang tidak hanya informatif, tetapi juga menginspirasi. Inilah bentuk nyata dari semangat Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan—santri yang terus menjaga nilai-nilai luhur agama sambil melangkah maju mengikuti perkembangan zaman.
Momentum Hari Santri Nasional 2024 ini adalah kesempatan bagi kita semua untuk lebih menghargai peran santri dalam membangun masyarakat. Bukan hanya di masa lalu sebagai pejuang kemerdekaan, tetapi juga di masa kini sebagai agen perubahan di era digital. Semoga santri Indonesia terus menjadi inspirasi, membawa kebaikan di setiap langkah, dan mengisi ruang digital dengan pesan-pesan yang mempersatukan. Dengan begitu, semangat kebersamaan dan kebijaksanaan akan terus terjaga, mengantarkan bangsa ini menuju masa depan yang lebih baik.
Oleh: Zainal Muttaqin
Founder Komunikas SAKTI / Kabag Humas Pemprov Jatim