Kabar Nusantara - Organization for Women in Science for the Developing
World (OWSD) Indonesia National Chapter bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek)
Republik Indonesia menyelenggarakan Science for Policy Workshop for Women in
Science Grassroots in Indonesia 2025, yang bertempat di Aula GRIT Research
Center ITS, Surabaya. Acara ini didukung oleh International Network for
Governmental Science Advice (INGSA)-Asia dan International Science Council
Regional Focal Point for Asia and the Pacific (ISC RFP-AP) melalui program
Grassroots Science Advice Promotion Awards 2024 pada Selasa, 27 Mei 2025.
Workshop yang
mengusung tema “Empowering Indonesian
Women in Science for Policy” ini mengundang narasumber yang luar biasa, salah
satunya Dr. Markus Prutsch (Parlemen Eropa) sebagai penasihat kebijakan
internasional. Workshop ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas dan jejaring
ilmuwan perempuan Indonesia, khususnya dalam membangun koneksi antara ilmu
pengetahuan dan kebijakan publik, serta mendorong partisipasi aktif mereka
dalam pengambilan keputusan strategis di berbagai tingkatan pemerintahan dan
masyarakat.
Kegiatan ini dibuka oleh Sri Fatmawati S.Si., M.Sc., Ph.D.,Presiden
OWSD Indonesia, yang menekankan pentingnya ruang bagi ilmuwan perempuan dalam
sains dan kebijakan. Prof. Nurul Widiastuti, S.Si, M.Si., Ph.D., selaku Wakil
Rektor ITS Bidang
Akademik dan Kemahasiswaan ITS menyatakan
komitmen ITS sebagai host institution OWSD Indonesia mendukung penuh OWSD Indonesia yang mendorong partisipasi aktif perempuan dalam STEM dan ekosistem
riset yang inklusif dalam pengambilan keputusan berbasis sains.
Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D., Menteri
Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi RI, menyampaikan sambutan bahwa ilmuwan
perempuan harus diberdayakan sebagai aktor utama dalam membentuk kebijakan yang
berbasis data dan berpihak pada masyarakat.
Prof. Nurul Widiastuti, Ph.D. (kiri) dan Sri Fatmawati Ph.D. (kanan) sedang memberikan sambutan
Prof. Brian Yuliarto (Mendiktisaintek)
memberikan sambutan dan dukungan dalam workshop ini
Prof. Stella Christie, Ph.D (tengah) sedang
menyampaikan penjelasan pada sesi pleno
Pada sesi pleno, Prof. Stella Christie, Ph.D., Wakil Menteri Diktisaintek RI, menyampaikan pentingnya evidence-based policy.
Ia menekankan bahwa “Riset ilmiah justru mempercepat proses pengambilan
keputusan dan menyarankan dibangunnya portal kepakaran untuk memperkuat
hubungan antara peneliti dan pembuat kebijakan.”
Sesi selanjutnya pada Science Policy Workshop disampaikan oleh Prof. Dr.
Eng. Yudi Darma, M.Si., Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Saintek, Ditjen
Sains dan Teknologi, Kemendiktisaintek, yang menyoroti lemahnya output inovasi
Indonesia meskipun posisi Global Innovation Index meningkat. Ia menegaskan
perlunya transformasi ekosistem saintek melalui kolaborasi pentahelix dan
penguatan literasi sains publik.
Dr. Yanuar Nugroho, pakar sains dan kebijakan publik,
menjelaskan bahwa Science-policy interface adalah ruang dialog antara ilmuwan
dan pembuat kebijakan. Ia memaparkan tiga pendekatan komunikasi sains yang
efektif: diseminasi, dialog, dan ko-produksi, serta menekankan pentingnya
kejelasan, relevansi, dan ketepatan waktu dalam menyampaikan bukti ilmiah.
Dari perspektif internasional, Dr. Markus Prutsch (European
Parliament) membagikan pengalaman Uni Eropa dalam membangun mekanisme science
advice yang inklusif dan mendukung keterlibatan aktif ilmuwan perempuan dalam
proses legislasi.
Prof. Yudi Darma (kiri) dan Dr. Yanuar
Nugroho (kanan) pada sesi pemberian cenderamata setelah pemaparan
Dr. Markus Prutsch sedang menyampaikan penjelasan materi
Acara ditutup dengan sesi Action Plan Workshop oleh member OWSD Indonesia dan peserta workshop yang membahas studi kasus kebijakan lokal serta peluang strategis peran perempuan dalam sains mengenai produksi pengetahuan serta sains dan kebijakan sumber daya alam dan lingkungan. Sesuai tujuannya, workshop ini dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan berbasis sains serta memperkuat ekosistem riset dan inovasi nasional yang inklusif, kolaboratif, dan responsif terhadap tantangan zaman. Ilmuwan perempuan berperan strategis dalam mendorong kebijakan yang berpihak pada masyarakat melalui pendekatan berbasis data.