Iklan

,

Digitalisasi Batik Wujudkan Sukabumi sebagai Sentra Batik

Kamis, 21 September 2023, 07.28 WIB Last Updated 2023-09-21T00:31:00Z

 


Kabar Nusantara - 
Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Batik di wilayah kota Sukabumi dan sekitarnya mulai dilakukan. Hal ini untuk menjadikan Sukabumi sebagai salah satu sentra batik nasional.


Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), melalui program LPS Peduli Bakti Bagi Negeri memulai upaya peningkatan kapasitas SDM Sukabumi dalam hal membatik.


Kegiatan Sosial Kemasyarakatan / Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan LPS berupa kegiatan pengembangan UMKM Batik di wilayah Kota Sukabumi dan sekitarnya. Pelatihan yang diberikan berupa penyediaan Pusat Pelatihan Batik yang akan memberikan pelatihan Aplikasi jBatik Fractal serta pelatihan peningkatan kemampuan teknis terkait desain, produksi serta softskill pendukung lainnya.


Kegiatan Sosial Kemasyarakatan LPS Peduli Bakti Bagi Negeri kali ini dilaksanakan dengan bekerja sama dengan PT. Batik Fractal Indonesia yang merupakan institusi yang mengembangkan software jBatik untuk menciptakan motif- motif batik yang terinspirasi dari ragam budaya Indonesia dipadukan dengan teknologi modern.


Fonna Melani, peserta pelatihan yang juga berprofesi sebagai pembatik saat ditemui di Bale Jayanti, Sukabumi, Selasa (19/9/2023) mengatakan digitalisasi batik ini juga diharapkan agar Sukabumi menemukan ciri khas dan menciptakan palet warna khusus yang menjadi icon daerah dengan kearifan lokal, sehingga menjadi pembeda antara batik Sukabumi dengan daerah lain seperti halnya batik Sogan di Solo ataupun batik Megamendung Cirebon.


Fonna menuturkan, jika di Sukabumi itu tidak ada budaya membatik. Namunsaja suatu saat dirinya pernah pergi daerah Bakaran, di Juwana, Pati. Desa Bakaran dari zaman Majapahit hingga kini masyarakat masih membatik. Cara masyarakat Bakaran membatik ternyata mengajarkan tentang kearifan lokal.


“Objek-objek kebudayaan yang dijadikan simbol dari zaman Majapahit tapi begitu estetis saat divisualisasikan dalam selembar kain batik, dan ini membuat saya jatuh cinta terhadap batik. Saya pun meninggalkan zona nyaman saya, yang dulunya saya bikin alat irigasi tiba-tiba ingin membatik. Hingga akhirnya saya pun pergi ke Sukabumi,” kata Fonna.


Menurut Fonna, dirinya menginginkan Sukabumi, terlebih ke objek-objek kebudayaan dan semua kearifan lokalnya itu ada di motif batik sehingga budaya menjadi lestari. Dirinya ingin melalui batik Sukabumi ini yang mengandung unsur kearifan lokal, sehingga anak-anak muda itu bisa terinspirasi.


Fonna berharap harap dampak sosial dari batik ini bisa mengembalikan dan menyadarkan aset kearifan lokal bahwa dari selembar batik bisa menjabarkan berbagai objek kebudayaan yang bisa menginspirasi individu-individu dengan berbagai passion. Jadi, katanya, budaya-budaya di Sukabumi bisa divisualisasikan melalui batik.


Sebenarnya, lanjut Fonna, Batik di Sukabumi tidak terdokumentasi. Hanya saja, cikal bakal membatik di Sukabumi terekam dalam satu buku “Ragam Hias Indonesia” yang merupakan buku tiga bahasa yakni Belanda, Inggris, dan Indonesia yang masih ditulis dalam ejaan lama.


Dalam buku itu disebutkan bahwa tehnik rintang warna yang pertama itu ada di Surade,  Jampang, Kabupaten Sukabumi. Tetapi tehnik rintang warna ini tidak menggunakan lilin malam, melainkan memakai ketan. Karena tehnik rintang warna di Sukabumi ini tidak berkelanjutan, akhirnya tenggelam, kalah dengan daerah lain seperti misalnya Yogyakarta, Pekalongan, Cirebon.


“Saya juga memulai sesuatu yang baru ya, baru lagi nih. Memang sulit, karena kebudayaan membatik itu tidak ada sebelumnya di Sukabumi. Jadi saya perlu melatih SDM-SDM untuk membatik dari nol. Kalau misalnya orang Cirebon atau Pekalongan , mereka tentu sudah memiliki tradisi mebatik sejak usia dini, bahkan sejak kecil sekali mereka sudah mengenal canting, begitu lahir juga udah pegang canting. Mungkin apa yang saya rintis dengan adanya kerjasama LPS dengan Batik Fractal, SDM-SDM disini lebih meningkat lagi kapasitasnya, akan banyak yang lebih tertarik lagi untuk membatik. Bahkan, anak-anak muda Sukabumi sudah mulai tertarik untuk membatik. Alhamdulillah yang muda-muda masih minat membatik,” tutur Fonna.


Fonna pun berharap, adanya LPS bekerja sama dengan Batik Fractal ini, SDM-SDM di Sukabumi bisa meningkat kapasitasnya, khususnya dalam hal membatik, dan Sukabumi diharapkan ke depan nanti bakal menjadi salah satu sentra batik.


“Karena ketika ingin menjadi sentra batik, tentu harus memiliki SDM yang banyak dan mumpuni di bidang membatik. Dengan pelatihan ini mungkin cita-cita agar Sukabumi menjadi sentra batik cepat tercapai,”pungkas Fonna.