Kabar Nusantara - Kecamatan Trawas, yang terletak di Kabupaten Mojokerto, merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Jawa Timur. Alam yang indah, udara sejuk, serta kekayaan budaya yang luar biasa menjadi daya tarik bagi wisatawan. Dengan pemandangan Gunung Welirang dan Gunung Penanggungan yang megah, Trawas menjadi pilihan tepat bagi wisatawan yang mencari liburan sejuk dan menyenangkan.
Pesatnya perkembangan potensi wisata di Trawas tidak lepas dari pengelolaan banyak desa wisata di sana. Salah satu desa wisata yang berkembang pesat di Trawas adalah Desa Belik. Banyak potensi wisata di desa ini. Desa Belik, salah satu desa wisata binaan dari Universitas Surabaya (Ubaya), memiliki panorama persawahan yang hijau dan suasana pedesaan yang asri, ditambah dengan udara sejuk pegunungan. Desa ini memiliki hutan bambu yang luas, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Bambu juga dimanfaatkan untuk konstruksi bangunan di objek wisata andalan seperti Petung Park.
Desa wisata harus dikelola oleh sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni agar dapat berkembang dan berkelanjutan. Tidak cukup hanya mengandalkan alam yang indah atau budaya yang menarik. SDM desa wisata harus terus dikembangkan kompetensinya.
Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM Desa Belik, tim pengabdian masyarakat Universitas Surabaya (Ubaya) mengajak perangkat desa dan pengelola potensi wisata Desa Belik melakukan pembelajaran lapangan ke beberapa desa wisata terbaik dunis di Provinsi Yogyakarta. Pada kegiatan yang dlakukan pada awal Agustus 2025 ini ada tiga desa yang dikunjungi yaitu Desa Wisata Bulaksalak Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, Desa Wisata Nglanggeran Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul, dan Desa Wisata Karangasem Desa Muntuk Kecamatatan Dlingo Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Tim pengabdian terdiri dari Benny Lianto dari Teknik Industri Ubaya, sebagai ketua dan Ahmad Miftah Fajrin, Endah Asmawati, Mikhael Ming Khosasih dari Teknik informatika Ubaya, Andhy Setyawan dari Jurusan Manajemen Fakultas Binis dan eknomika Ubaya, Utomo dan Kartika Erawati dari LPPM Ubaya serta Joko Mijiarto, dari Prodi Pariwisata UPN Veteran Jawa Timur sebagai anggota.
Benny Lianto, ketua Tim Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) Ubaya menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran lapangan ini merupakan pelaksanaan Program Pemberdayaan Desa Wisata Berkelanjutan Berbasis Potensi dan Kearifan Lokal di Desa Belik, Kabupaten Mojokerto. “Program ini mendapat support pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DPPM), Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjend Risbang), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek).”, ujar Benny Lianto.
Selanjutnya Benny Lianto yang juga Rektor Ubaya ini menambahkan bahwa pembelajaran lapangan memberikan kesempatan perangkat dan warga Belik bisa merasakan dan melihat langsung kemajuan desa wisata yang dikunjungi. Sehingga diharapkan muncul inovasi, ide-ide kreatif dalam pengelolaan dan pengembangan desa wisata. Bagaimana manajemen pengelolaan desa wisata secara profesional, dengan tetap mempertahankan kearifan lokal seperti desa-desa yang dikunjungi.
Kunjungan pertama, ke Desa Wisata Bulaksalak Desa Wukirsari, kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Desa wisata yang berbasis hutan bambu Bulaksalak ini merupakan pusat pendidikan hal Ikhwal mengenai bambu baik budidaya dan pengolahan dan pemanfaatan bambu. Tempat yang melestarikan lebih dari 35 jenis bambu untuk menunjang pembelajaran tentang bambu, produk kuliner rebung, dan pasar sor Pring Bulaksalak yang menyajikan jajanan tempo dulu. Hal ini sangat mirip dengan potensi Desa Belik dengan Wisata petung Parknya, ungkap Benny Lianto.
Desa kedua yang dikunjungi adalah Desa Wisata Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Desa ini menjadi tujuan pembelajaran lapangan karena desa ini memiliki prestasi yang luar biasa, Tingkat dunia. Antara lain menjadi Desa Wisata Terbaik Dunia versi badan pariwisata dunia (United Nations World Tourism Organization (UNWTO) 2021. Pemenang ASTA (Asean Sustainable Tourism Award) Tahun 2018 dan Desa Wisata Terbaik ASEAN tahun 2017 dengan konsep CBT (Community Based Tourism).
Kunjungan ketiga adalah ke Desawisata karangasem yang merupakan desa yang 90 masyarakatnya bermata pencaharian sebagai perajin bambu. Adapun produk yang dihasilkan sudah lebih dari 50 jenis produk.
Direktur Bumdes Mulya Jaya Desa Belik, Naif Santoso, yang turut menjadi peserta pembelajaran lapangan, menyampaikan terima kasih. "Atas nama Bumdes dan perwakilan Desa Belik, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas kesempatan luar biasa yang diberikan oleh Ubaya melakukan pembelajaran lapangan ini. Kegiatan pembelajaran lapangan ini diikuti oleh perwakilan Desa Belik, yang terdiri dari perwakilan pemerintah desa, Bumdes Mulya Jaya Belik, BPD, Karang taruna, PKK, dan UMKM’, katanya.
Dari Pembelajaran lapangan di wisata alam Hutan Bambu Bulaksalak, diperoleh wawasan bagaimana pengelolaan wisata berbasis alam dapat dikemas menarik sekaligus tetap menjaga kelestarian lingkungan. Sedangkan Di Desa Wisata Nglanggeran yang terkenal dengan destinasi Gunung Api Purba, didapat gambaran nyata tentang pengelolaan destinasi wisata yang melibatkan masyarakat secara langsung, mulai dari sistem shuttle, penyediaan pemandu lokal, hingga pengembangan produk oleh-oleh yang menjadi ciri khas desa wisata tersebut.Sementara Desa Wisata Mutuk dikembangkan wisata berbasis potensi kerajinan bambu dengan fokus pada pelestarian budaya dan lingkungan.
Sebagai tindaklanjut, Naif Santoso akan segera merancang paket wisata Hutan Bambu yang dipadukan dengan wisata edukasi pembibitan dan pengawetan bambu. Tidak hanya itu, desa juga akan menghadirkan pengalaman interaktif bagi wisatawan berupa wisata memberi makan kambing dan memerah susu kambing Saneen.
“Konsep ini akan menjadi ciri khas Desa Belik. Selain menarik wisatawan, kegiatan ini juga akan meningkatkan pendapatan warga dan memperkuat posisi desa sebagai destinasi wisata berbasis potensi lokal yang berkelanjutan,” ujar Naif.
Dengan semangat baru dari hasil pembelajaran lapangan ini, BUMDes Mulya Jaya optimistis Desa Belik akan semakin dikenal luas sebagai desa wisata yang unik, edukatif, dan ramah lingkungan. Rencana pengembangan ini diharapkan mulai berjalan pada akhir tahun 2025, sehingga pada tahun berikutnya Desa Belik dapat menerima kunjungan wisatawan secara optimal, pungkas Naif Santoso dengan optimis. (*)