Iklan

,

Dukung Pengembangan Desa Atsiri di Mojokerto, UBAYA dan UWKS Kolaborasi Terapkan Sistem IoT untuk Irigasi Pertanian

Kabar Nusantara
Rabu, 13 Agustus 2025, 17.00 WIB Last Updated 2025-08-13T12:16:45Z


Kabar Nusantara
- Dalam upaya mendukung program pengembangan Desa Atsiri Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Tim pengabdian kepada masyarakat dari Universitas Surabaya (UBAYA) dan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) terapkan sistem IoT (Internet of Things) menggunakan sistem digitalisasi. Tim terdiri dari Marisca Evalina Gondokesumo sebagai ketua dan Azminah (Fakultas Farmasi UBAYA), Grace Felicia Djayapranata (Fakultas Bisnis dan Ekonomika UBAYA), Dwie Retna Suryaningsih (Fakultas Pertanian UWKS) sebagai anggota serta melibatkan 4 mahasiwa Farmasi Ubaya yaitu Nisrinah Nur Amalina, Arin Ferodhita Philip, Farras Ramadhani Rizanu Fillah dan Fina Indriana Khosasi.


Program kolaborasi UBAYA dan UWKS ini mendapatkan support pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjend Risbang), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui skema program Pemberdayaan Desa Binaan (PDB), ujar Marisca Evalina Gondokesumo, Dosen Farmasi Ubaya yang juga Ketua Tim PDB pengembangan Desa Atsiri Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.


Penerapan Smart Farming Sistem IoT


Desa Jatijejer merupakan salah satu dari tiga belas desa binaan UBAYA yang berada wilayah Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Desa ini merupakan sentra penghasil tanaman serai. Desa yang berada di antara lereng Gunung Penanggungan dan lereng Gunung Welirang dengan ketinggian 700 m dpl ini memiliki kesuburan tanah yang sangat baik. Pemanfaatan lahan dalam bidang pertanian sebagian besar diperuntukkan budidaya tanaman serai. Jenis tanaman serai yang banyak dibudidayakan para petani di Desa Jatijejer yaitu serai dapur (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf.) dan serai wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle). Sisanya ditanami tanaman pangan pokok yaitu padi dan jagung. Tanaman aromatik penghasil minyak atsiri selain tanaman serai juga mulai dibudidayakan para petani Desa Jatijejer antara lain: melati, cengkeh dan jeruk nipis.


Program PDB pengembangan Desa Atsiri kerjasama Tim pengabdian kepada Masyarakat UBAYA dan UWKS berkomitmen mengimplementasikan ‘SMART FARMING’. Menurut Dwie Retna Suryaningsih, dosen Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), anggota tim PDB, implementasi tahap awal program Smart Farming dalam budidaya tanaman penghasil minyak atsiri dilakukan dengan penyiapan Sumber Daya Manusia melalui penguatan kelembagaan dan perbaikan infrastruktur. Misalnya petani yang tergabung dalam kelompok Tani dibekali pengetahuan yang cukup terkait budidaya tanaman aromatik supaya bisa bertahan pada berbagi musim. Salah satu hal yang penting diperhatikan sebagai antisipasi musim kemarau yang panjang pada tahun 2025 ini adalah irigasi dengan sistem penerapan IoT (Internet of Things).


Irigasi presisi yang memanfaatkan teknologi sensor, jaringan, dan otomatisasi untuk mengelola dan mendistribusikan air secara efisien dalam pertanian. Sistem ini memungkinkan pemantauan kondisi lingkungan dan tanaman secara real-time, serta mengontrol distribusi air sesuai kebutuhan tanaman, sehingga mengoptimalkan penggunaan air dan meningkatkan hasil panen.


Selanjutnya Dwie Retna Suryaningsih, menambahkan bahwa penggunaan IoT dalam irigasi pertanian di Desa Jatijejer ini ditujukan untuk memudahkan petani mendapatkan hasil pertanian yang berkualitas. Petani dapat melakukan analisis data dan mengambil keputusan tentang kapan dan berapa banyak air yang perlu didistribusikan. Distribusi air juga dapat dilakukan secara otomatis sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan sehingga dapat memastikan irigasi yang tepat dan efisien. Selain itu dengan sistem ini juga memungkinkan pemantauan jarak jauh (remote sensing) melalui aplikasi seluler (device) memungkinkan petani untuk melihat kondisi lahan dan mengontrol sistem irigasi dari mana saja.


Menurut Akhmad Wuliyono, ketua kelompok Tani Desa Jatijejer, penggunaan IoT dalam bidang pertanian di Desa Jatijejer dirasakan sangat bermanfaat. Efisiensi penggunaan air merupakan solusi dalam mengatasi penggunaan air yang berlebih sehingga distribusi air dibutuhkan secara efisien pada tanaman tertentu dan pada musim tertentu pula. Sistem ini sesuai untuk pengaturan air pada lahan yang kondisi debit air yang terbatas terutama saat musim kemarau seperti saat ini.


Sehubungan dengan hal tersebut maka penghematan biaya untuk irigasi pada tanaman dapat mengurangi biaya operasional (cost) khususnya tenaga kerja dalam kegiatan pengairan, penggunaan air dan energi.  Saat ini petani memiliki kemudahan untuk melakukan monitoring dan pengendalian sistem irigasi tanaman dari jarak jauh menggunakan smartphone. Penggunaan IoT juga mendukung  program pemerintah terkait pertanian berkelanjutan dan pertanian yang lebih ramah lingkungan, ujar, Akhmad Wulyono, petani Desa Jatijejer yang pernah tinggal di Jepang.


Sementara itu, Kepala Desa Jatijejer, Akhmad Mujiono menambahkan, penerapan IoT irigasi dengan sistem digitalisasi dirasakan sangat bermanfaat. “Kami berharap ke depan penggunaan teknologi IOT dapat diperluas dan diaplikasikan di seluruh lahan pertanian oleh semua petani di Desa Jatijejer. Desa Jatijejer siap menjadi pelopor desa atsiri dengan menggunakan teknologi IoT di Jawa Timur. Atas nama pemerintah Desa dan masyarakat Desa Jatijejer, kami menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada UBAYA, UWKS dan DPPM Kemdiktisaintek, sungguh program PDB ini sangat bermanfaat.” ungkapnya.