Kabar Nusantara - Wonosobo, 5 Februari 2025 – Di pagi yang sejuk ini, langkah kaki membawa saya menuju salah satu warisan hijau yang membentang di kaki Dataran Tinggi Dieng: Kebun Teh Tambi. Terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, kebun teh ini bukan sekadar destinasi wisata alam, tetapi juga ruang belajar tentang kehidupan. Setiap lembar daun teh yang tumbuh, dipetik, dan diolah di sini mengajarkan makna mendalam tentang memilih, memilah, serta menikmati suasana.
Sejarah mencatat, Kebun Teh Tambi bermula dari masa kolonial Belanda pada tahun 1865. Pada saat itu, wilayah Tambi dipilih sebagai lahan perkebunan karena tanahnya yang subur dan iklimnya yang mendukung pertumbuhan teh berkualitas tinggi. Setelah Indonesia merdeka, perkebunan ini dinasionalisasi dan dikelola oleh PT Tambi hingga saat ini. Tambi tidak hanya menghasilkan teh berkualitas ekspor, tetapi juga menjadi saksi bisu bagaimana alam dan manusia saling berkaitan dalam siklus kehidupan yang harmonis.
Seiring perjalanan saya menyusuri perkebunan ini, pandangan disuguhi hamparan hijau yang seakan tak berujung. Udara sejuk khas pegunungan membelai wajah, membawa ketenangan yang sulit ditemukan di tengah kesibukan kota. Dalam keheningan ini, saya merenungi firman Allah:
*وَفِي الْأَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِّنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَىٰ بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الْأُكُلِ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ*
"Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon-pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, yang disirami dengan air yang sama; tetapi Kami lebihkan sebagian tanaman itu atas sebagian yang lain dalam hal rasa. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (QS. Ar-Ra’d: 4)
Seperti tanaman yang tumbuh dengan beragam bentuk dan manfaat, manusia pun diberi kebebasan untuk memilih dan memilah dalam hidupnya. Proses pemetikan teh di Tambi mengajarkan filosofi ini dengan cara yang unik. Para pekerja kebun hanya mengambil daun teh yang masih muda—yang memiliki kualitas terbaik untuk diolah. Mereka memilah setiap lembar dengan cermat, memastikan hanya yang terbaik yang layak untuk diproses. Hal ini memberikan pelajaran bahwa dalam hidup, kita pun harus belajar memilih yang terbaik, baik dalam pergaulan, keputusan, maupun tindakan yang kita ambil.
Saat menyaksikan bagaimana teh yang dipetik diolah menjadi teh hijau Tambi yang khas, saya semakin menyadari bahwa setiap proses dalam kehidupan memiliki tahapan dan makna tersendiri. Teh hijau yang berasal dari Tambi terkenal dengan kandungan antioksidan yang tinggi, bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan risiko penyakit jantung, serta membantu menjaga kesehatan kulit dan pencernaan. Tidak heran jika teh hijau dari Tambi telah lama menjadi pilihan utama para pecinta teh di dalam maupun luar negeri.
Menikmati secangkir teh hijau di tengah kebun ini membawa saya pada ketenangan yang mendalam. Udara yang bersih, kicauan burung, serta aroma teh yang khas menciptakan suasana yang mengundang perenungan. Dalam momen ini, saya kembali mengingat firman Allah:
*أَلَمْ نَجْعَلِ ٱلْأَرْضَ مِهَٰدًۭا وَٱلْجِبَالَ أَوْتَادًۭا*
"Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak?" (QS. An-Naba: 6-7)
Bumi ini diciptakan dengan keseimbangan yang sempurna. Seperti gunung-gunung yang menjadi pasak bagi bumi, kita pun perlu memiliki pegangan dalam hidup. Salah satu pegangan itu adalah kemampuan untuk menikmati suasana, mensyukuri setiap momen yang diberikan, serta tidak terburu-buru dalam menjalani kehidupan.
Tidak hanya menawarkan ketenangan, Kebun Teh Tambi juga menjadi destinasi edukasi bagi para pengunjung. Di sini, wisatawan dapat melihat langsung proses pengolahan teh, mulai dari pemetikan, pelayuan, penggilingan, fermentasi, hingga pengemasan. Setiap tahap memiliki perannya masing-masing dalam menghasilkan teh dengan cita rasa terbaik.
Saat berdiri di antara pohon teh yang rimbun, saya menyadari bahwa ada hikmah besar di balik setiap daun yang tumbuh. Teh yang awalnya hanya sekadar tumbuhan, melalui proses yang panjang, akhirnya menjadi minuman yang menenangkan dan menyehatkan. Ini mengingatkan saya pada firman Allah:
*أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ*
"Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra’d: 28)
Menyesap teh di tengah kebun ini bukan sekadar menikmati rasa, tetapi juga menyerap ketenangan yang diberikan alam. Di era yang serba cepat ini, sering kali kita lupa untuk berhenti sejenak, menikmati suasana, dan meresapi makna kehidupan.
Bagi siapa saja yang ingin merasakan ketenangan dan pengalaman edukatif, Kebun Teh Tambi adalah pilihan yang tepat. Selain menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan, tempat ini juga menyajikan pengalaman belajar yang berharga. Dengan harga tiket yang terjangkau, pengunjung dapat menikmati suasana pegunungan yang asri, belajar tentang proses pembuatan teh, serta mencicipi teh hijau asli Tambi yang kaya manfaat.
Jika ingin membawa pulang kenangan, tersedia berbagai produk teh Tambi dalam kemasan yang dapat dibeli langsung dari pabrik. Rasanya yang khas dan kualitasnya yang terjaga menjadikan teh ini sebagai oleh-oleh istimewa bagi keluarga di rumah.
Perjalanan ke Kebun Teh Tambi ini memberikan banyak pelajaran berharga. Ia mengajarkan tentang pentingnya memilih dan memilah, baik dalam kehidupan maupun dalam setiap keputusan yang diambil. Ia juga mengajarkan bahwa menikmati suasana adalah bagian dari mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah.
Di antara daun-daun teh yang tumbuh subur ini, saya menemukan ketenangan. Saya belajar bahwa hidup, seperti teh, memiliki prosesnya sendiri. Ada masa bertumbuh, ada masa dipilih, ada masa diolah, dan akhirnya ada masa dinikmati.
Jika ingin merasakan sendiri makna dari perjalanan ini, datanglah ke Kebun Teh Tambi. Nikmati kesejukan udaranya, hirup aroma tehnya, dan resapi pelajaran hidup yang ia tawarkan. Sebab, di setiap lembar daun teh, tersimpan makna yang lebih dalam dari sekadar minuman.
Penulis
Nashrul Mu'minin Mahasiswa content writer universitas Cokroaminoto Yogyakarta