Iklan

,

Industri Asuransi Jiwa Tumbuh Konsisten

Minggu, 22 Oktober 2023, 10.51 WIB Last Updated 2023-10-22T03:51:45Z

 


Kabar Nusantara - 
Industri asuransi jiwa sejak tahun 2021 mencatat peningkatan yang konsisten di total tertanggung baik secara perorangan dan kumpulan. Peningkatan jumlah tertanggung dalam beberapa periode terakhir tercatat sangat konsisten di atas 10%.

Sampai dengan Juni 2023, peningkatan total tertanggung mencapai 19,7%. Peningkatan terbanyak terjadi di tertanggung perorangan yang mencapai 23,7% hingga totalnya mencapai 27,13 juta orang. Sedangkan untuk pertumbuhan tertanggung perorangan mencapai 18% sehingga sampai akhir Juni 2023 totalnya 61,33 juta orang.

Hal tersebut disampaikan Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon dalam kegiatan Seminar Internasional Digital & Risk Management (DRiM) 2023 yang mengangkat tema “Entering The New World 4.0 Technology Beyond Imagination” di Yogyakarta, Jumat (20/10/2023).

Lebih lanjut Budi menjelaskan bahwa peningkatan tersebut merupakan pencapaian sekaligus amanah bagi industri asuransi jiwa untuk semakin meningkatkan pelayanan kepada para pemegang polis.

“Industri asuransi jiwa berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan yang maksimal kepada para pemegang polisnya. Hal tersebut kami buktikan salah satunya melalui pembayaran klaim. Dari periode Januari – Juni 2023, industri asuransi jiwa telah membayarkan klaim sebesar Rp. 79,44 triliun kepada 5,72 juta orang. Selain itu, kami juga senantiasa bertransformasi untuk menciptakan produk serta layanan yang dapat dijangkau dengan mudah dan cepat oleh para pemegang polis salah satunya dengan pemanfaatan layanan digital,” kata Budi.

Namun demikian, Budi juga menambahkan penerapan teknologi digital di industri asuransi tidak dapat dilakukan secara instan. Diperlukan berbagai pertimbangan seperti manajemen risiko yang komprehensif, regulasi yang ketat serta biaya yang tidak murah.

“Pemanfaatan teknologi digital dalam pengembangan bisnis bukan hal yang tabu. Namun dalam menerapkannya diperlukan berbagai pertimbangan. Oleh karenanya, sejak tahun 2018 kami secara konsisten menyelenggarakan Seminar Digital & Risk Management in Insurance (DRiM) yang secara khusus membahas perkembangan teknologi digital beserta penerapan manajemen risikonya” jelas budi.


Secara lebih detail, Hani Kusumowardhani selaku Ketua DRiM tahun 2023 menambahkan sebagai pelaku industri asuransi tentunya sangat menyadari bahwa transformasi teknologi di era revolusi industri 4.0 menjadikan teknologi sebagai pendukung di berbagai lini kehidupan termasuk perkembangan bisnis Asuransi.

“Perkembangan teknologi seperti AI, internet of things (IoT), blockchain dan berbagai teknologi lainnya dapat menjadi peluang bagi industri asuransi dalam membuat proses lebih efisien, peningkatan kualitas layanan kepada pemegang polis dan memperkuat manajemen risiko.

Tema untuk acara DRiM 2023 adalah “Entering the New World 4.0: Technology Beyond Imagination”. Tema ini kami ambil dengan tujuan untuk mempersiapkan industri asuransi jiwa dalam menghadapi berbagai tantangan masa kini.

Deputi Komisioner Pengawasan Asuransi, Lembaga Penjaminan dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Iwan Pasila dalam sambutannya mengatakan industri asuransi didukung oleh pertumbuhan ekonomi nasional untuk dapat tumbuh dan berkembang bersama. Dalam pertumbuhannya industri asuransi harus berfokus pada kepentingan konsumen.

“Industri asuransi mengalami resiliensi yang baik melewati pandemi. Harapannya agar digital bisa mendorong penetrasi asuransi tanpa mengesampingkan risiko baru yang timbul dari teknologi,” jelas Iwan.

Seminar DRiM 2023 merupakan bentuk transformasi dan kesiapan industri asuransi untuk memperkuat tata kelola melalui penerapan manajemen risiko dan perlindungan kepada para pemegang polis.

Berangkat dari hal tersebut, DRiM 2023 menghadirkan narasumber yang kompeten dan akan membahas topik-topik menarik sesuai dengan tema yang diangkat.

Pembahasan yang disampaikan oleh para pembicara menciptakan diskusi yang menarik salah satunya pada sesi yang berjudul Banking Transformation: Leading the Next Generation. Dalam pembahasannya terdapat pandangan yang menarik yaitu transformasi harus dilakukan secara menyeluruh di setiap bagian organisasi, bukan hanya menciptakan solusi di front end digital, tetapi end to end dari sumber daya, proses, manajemen teknologi perlu dihadapi pada saat yang sama.

Teknologi dilihat sebagai pendukung optimalisasi bisnis untuk meningkatkan produktivitas dan meningkatkan pengalaman pelanggan. Pembahasan tersebut kemudian diperjelas dengan data yang disampaikan salah satu narasumber yang menyebutkan bahwa 75% kegagalan transformasi digital terjadi karena sumber daya yang belum siap.

Kemudian pada diskusi selanjutnya narasumber memaparkan tentang contoh-contoh dimana teknologi memudahkan customer experience yang membuat pembelian asuransi menjadi menyenangkan. Diskusi semakin berkembang ketika salah satu narasumber membahas terkait kemajuan teknologi yang terjadi saat ini tidak lepas dari terciptanya artificial intelligent (AI).

Dalam paparan tersebut disampaikan bahwa teknologi mempengaruhi proses bisnis sehari-hari namun juga menekankan pentingnya kolaborasi hubungan antara manusia dan mesin seperti yang diterapkan pada generative pretraining transformer (GPT) dimana mesin GPT dapat melihat, mengenali suara, dan mendengarkan.

Sebagai langkah nyata dari semangat transformasi industri asuransi, Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon berharap para peserta yang hadir mendapatkan insight dari para ahli yang membagikan pengalaman masing-masing dalam melakukan transformasi digital maupun mengantisipasi risiko yang berhubungan dengan perubahan teknologi.

“Transformasi industri asuransi tidak hanya ditujukan untuk memenuhi ketentuan regulator, tapi lebih jauh lagi transformasi ini harus bermuara pada perlindungan dan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat namun tetap memperhatikan aspek keberlangsungan jangka panjang bisnis perusahaan” tutup Budi.

sumber