Kabar Nusantara – Gojek adalah
perusahaan rintisan Karya Anak Bangsa, Gojek dinilai memberikan kontribusi
signifikan kepada perekonomian nasional. Selain itu, mengikuti aturan yang ada,
operasionalisasi Gojek telah membuka banyak lapangan kerja layak bagi
masyarakat. Pengamat Transportasi Djoko Setijwarno menilai keberadaan operator
transportasi daring seperti Gojek, sejak semula membuka banyak lahan pekerjaan.
Sejauh ini, jika menuruti peraturan yang berlaku, selayaknya mitra pengemudi
akan mendapatkan perlindungan juga kesejahteraan.
“Kalau aturan dari Kemenhub itu
sudah ada ketentuan, tinggal dilengkapi dengan regulasi dari Kominfo dan
Kemenaker, bayak yang beralih profesi dengan keberadaan bisnis transportasi
daring,” ungkap Djoko kepada Bisnis, Minggu (14/4/2019).
Pada kesempatan berbeda, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut
Binsar Panjaitan menilai keberhasilan perusahaan aplikasi Gojek adalah
jawabannya atas kekhawatiran selama ini bahwa kehadiran start-up digital sekelas
unicorn ataupun decacorn seperti Gojek justru akan membawa pendapatan negara
keluar negeri.
“Dari unicorn menjadi decacorn,
Gojek menjadi model di Indonesia dan menjadi model di internasional. Jadi siapa
bilang uang kita lari keluar? Tapi sebaliknya, uang (dari luar justru) masuk ke
kita,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Luhut menambahkan, berdasarkan
data yang ada, Gojek memiliki peran penting bagi perekonomian karena mampu
memberi sumbangan terhadap ekonomi Indonesia sebesar Rp44,2 triliun lebih.
Teknologi super-app yang dikembangkan Gojek juga dinilai berhasil menciptakan
lapangan kerja yang banyak.
“Katanya teknologi itu bisa
membuat susah mencari lapangan kerja. Tapi Gojek membuktikan bahwa teknologi
ini bisa membuka lapangan kerja,” tegasnya.
Lebih jauh, Luhut mengatakan prospek
Indonesia sebagai pasar digital diperkirakan akan semakin besar dan akan
mencapai US$100 miliar pada tahun 2025.
“Jadi kalau investor mau masuk ke
Gojek, itu adalah cerminan stabilitas ekonomi dan stabilitas politik kita.
Bagusnya adalah manajemen Gojek itu masih dipegang orang Indonesia. (Jadi) kita
yang atur, bukan didikte negara lain,” kata Luhut.
Menjawab pertanyaan wartawan,
Luhut meyakinkan bahwa pemerintah akan terus mendukung munculnya start-up
digital baru dan akan memfasilitasi mereka menjadi unicorn baru yang akan
mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
Sementara itu, Founder dan CEO
Gojek, Nadiem Makarim,mengatakan pihaknya bangga sekaligus bersyukur bahwa
produk buatan anak bangsa ini dapat menjadi pemain regional. Nadiem juga
mengatakan penetrasi Gojek nomor satu di Indonesia.
Berdasarkan laporan App Annie
yang berjudul “The State of Mobile 2019”, Gojek menjadi aplikasi on-demand di
Indonesia dengan monthly active users terbanyak. Bahkan, pengguna aktif
aplikasi GOJEK secara mingguan (weekly active users) 1,5 kali lipat lebih
banyak dibandingkan kompetitornya di Indonesia. Keberhasilan ini berbanding
lurus dengan pertumbuhan gross transaction value (GTV) Gojek yang berhasil
menembus lebih dari US$9 miliar per akhir tahun 2018 dengan total volume
transaksi setahun mencapai 2 miliar.
GOJEK juga menjadi brand top of
mind bagi masyarakat Indonesia berdasarkan data dari lembaga independen global
lainnya, Yougov. Kemudian berdasarkan Riset
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI)
tahun 2018, layanan Go Food sendiri bahkan menyumbang Rp18 triliun terhadap
perekonomian Indonesia di tahun 2018, sehingga tercatat sebagai layanan bisnis
berbasis digital terbesar di Asia Tenggara dan terbesar No.3 di dunia. (Aji)