Jombang, Kabar Nusantara
Tidak ada pilihan bagi masyarakat saat ini kecuali menyesuaikan dengan tantangan yang ada. Dan saat ini, telah memasuki revolusi industri 4.0 yang mensyaratkan seluruh kegiatan terkoneksi dengan internet.
Rektor Universitas Pesanten Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang, Jawa Timur mengemukakan yang mendesak dilakukan adalah adaptasi dengan keadaan. "Kita harus berubah sebelum pihak lain memaksa kita berubah,” kata H Ahmad Zahro, Sabtu (1/12).
Karena itu beberapa waktu berselang, kampus yang berada di lingkungan Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Peterongan ini menyelenggarakan stadium general dengan tema Persiapan Civitas Akademika Unipdu dalam Menghadapi Tantangan di Era Industri 4.0.
Mohammad Yahya Ashari mengemukakan bahwa kegiatan tersebut merupakan implemenasi dari Penelitian antar Perguruan Tinggi (PKPT) yaitu kerja sama penelitian antara Unipdu dan ITS Surabaya.
Pembicara yang dihadirkan adalah Sri Fatmaati selaku Presiden OWSD Indonesia Nasional Chapter, Wiwit Denny Fitriana yang juga Direktur Pusat Studi Halal Unipdu.
“Kegiatan juga dihadiri pengasuh asrama Pondok Pesantren Darul Ulum sebagai upaya untuk kolaborasi dan persiapan pesantren dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0,” kata Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unipdu ini.
Dalam pandangannya, dengan maraknya ekspansi dunia digital dan internet dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam lima tahun terakhir menandakan bahwa revolusi industri 4.0 sebenarnya sudah masuk dan dipraktikkan di Indonesia. “Terutama di bidang perindustrian atau manufaktur,” jelasnya.
Penerapan awal revolusi industri 4.0, Indonesia berfokus pada lima sektor manufaktur, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta industri elekronik.
Tentunya revolusi industri keempat ini memiliki dampak positif maupun negatif. “Revolusi industri 4.0 memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan global, kualitas hidup bagi masyarakat dunia, serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas,” terangnya.
Sehingga topik mengenai revolusi industri tahap empat sangat relevan untuk dijadikan pembahasan. “Dengan harapan, dapat mempersiapkan sumber daya manusia baik dosen maupun mahasiswa agar meningkatkan kreativitas terutama di bidang digital agar mampu berkompetisi dengan mencipatakan inovasi baru yang kreatif,” urainya.
Mengutip yang disampaikan Wiwit Denny Fitriana selaku penggagas acara ini memaparkan hasil penelitian kerja sama dengan ITS Surabaya tentang bioaktivias dan anttioksidan komposisi jamu post partum.
"Bahwa jamu merupakan warisan leluhur yang harus kita jaga,” katanya. Dan saat ini hasil penelitian tersebut dalam tahap pengurusan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights, karena tidak ingin warisan leluhur itu diklaim pihak asing.
Sementara itu Sri Fatmaati menjelaskan secara detail langkah langkah strategis yang harus dilakukan dalam menghadapi tantangan di era industri 4.0. Di antaranya adalah melakukan kolaborasi karena di era saat ini kita tidak akan bisa berdiri sendiri dan tidak boleh lelah untuk terus belajar tentang pengetahuan baru,” ungkapnya.
“Dengan terselenggaranya kegiatan tersebut diharapkan civitas akademika Unipdu siap dalam menghadapi tantangan di era industri 4.0,” pungkas Mohammad Yahya Ashari. (Ibnu Nawawi)