Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, pada acara Mitra Universitas Riau (UNRI) Exhibition Day (MUED) di Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (8/5/2024).
"Produksi blue ammonia dilakukan dengan mengkonversi gas alam menjadi syngas yang kemudian direaksikan dengan nitrogen. Sudah diground breaking oleh Presiden, bahwa kita akan memproduksi 875 ribu ton amonia yang dalam prosesnya itu bebas dari emisi, sehingga kita berharap memang harganya juga berbeda kalau dijual nanti," kata Dadan seperti dilansir laman Kementerian ESDM, Rabu (8/5/2024).
Dadan mengungkapkan, bahwa saat ini sedang diteliti dan dikembangkan amonia sebagai bahan bakar, sama halnya dengan Liquified Petroleum Gas (LPG), Liquefied Natural Gas (LNG), dan gas alam.
"Kita ingin dorong produksinya sehingga ini bisa menjadi salah satu bahan bakar yang bebas emisi ke depan, kami terus mendorong kemanfaatan bahan bakar yang bersih di seluruh moda transportasi," tuturnya.
Teknologi lainnya adalah hidrogen yang menawarkan solusi energi bersih yang berlimpah. Dengan tidak menghasilkan emisi, mudah dihasilkan dari berbagai sumber, dan dapat disimpan dengan mudah dalam berbagai bentuk, hidrogen menjadi pilihan yang menjanjikan untuk mengatasi polusi udara dan memenuhi kebutuhan energi masa depan.
Dadan mengungkapkan, bahwa Indonesia sudah memiliki satu SPBU hidrogen di Jakarta, walaupun belum banyak terdapat kendaraan berbahan bakar hidrogen di Indonesia.
Hal itu dilakukan karena kita perlu belajar bagaimana cara mengangkut, menyimpan, dan mengisi hidrogen ke kendaraan, serta mendapatkan pengalaman dari penggunaan kendaraan berbahan bakar hidrogen.
"Hidrogennya berasal dari air, bukan hidrogen yang berasal dari gas alam. Kalau dari gas alam yang bukan energi baru lalu dikonversi menurut saya tidak terlalu besar impactnya terhadap upaya-upaya peningkatan ketahanan energi," kata Dadan.