Kabar Nusantara - Perjalanan spiritual, apalagi yang menapaki jejak para nabi, selalu menyimpan pesona yang tidak hanya menggetarkan, tetapi juga menenangkan hati. Tidak sekadar wisata biasa, perjalanan kali ini adalah sebuah ziarah batin, di mana setiap langkah diatur untuk menggapai makna lebih dalam, melampaui sekadar perjalanan fisik. Itulah yang dialami dalam 11 hari napak tilas bersama Cheria Halal Holiday, sebuah perjalanan menelusuri tanah para rasul di Yordania, Palestina, dan Mesir.
Hari Pertama: Sebuah Awal di Amman
Kisah ini bermula pada pagi yang cerah di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Udara dipenuhi semangat dari para peserta yang akan memulai perjalanan panjang menuju Yordania. Mungkin, bagi beberapa orang, perjalanan lintas benua ini hanya tentang destinasi. Tapi bagi kami, para peziarah spiritual, ini adalah perjalanan menuju sejarah. Setibanya di Amman pada malam hari, meski kelelahan, ada harapan besar di wajah-wajah kami: esok, napak tilas akan dimulai.
Hari Kedua: Jejak Rasul di Pohon Sahabi
Dunia bergerak dalam kecepatan berbeda saat kami berdiri di hadapan Pohon Sahabi. Di bawah pohon yang dipercaya pernah menjadi tempat berteduh Nabi Muhammad SAW, suasana tiba-tiba begitu hening. Dalam diam, hati kami berbicara, berusaha menyelami jejak keteladanan seorang nabi yang penuh kasih. Ada rasa haru yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Bagaimana pohon ini, berdiri kokoh selama berabad-abad, seolah menjadi saksi bisu keteguhan seorang nabi yang membawa risalah. Tak jauh dari sana, Gua Ashabul Kahfi menanti. Tempat ini menjadi pengingat akan sekelompok pemuda beriman yang berlindung dalam tidur panjang mereka selama 309 tahun, seperti disebutkan dalam Al-Qur'an. Kisah Ashabul Kahfi bukan hanya soal keajaiban, tapi soal iman yang tak tergoyahkan oleh apapun. Seakan perjalanan hari itu mengajarkan, bahwa keteguhan hati dan keyakinan adalah kunci dalam menghadapi setiap tantangan hidup.
Hari Ketiga: Menuju Jerusalem, Kota Suci
Tak ada tempat yang lebih diidamkan bagi para peziarah selain Jerusalem, kota yang mempersatukan umat dari tiga agama besar dunia. Perjalanan panjang dari Amman membawa kami melewati lembah-lembah Yordania yang sunyi, sebelum akhirnya mencapai Jericho. Di sana, kami berhenti sejenak untuk menziarahi Maqam Nabi Musa. Berdiri di depan makam nabi yang memimpin Bani Israel keluar dari Mesir, kami merenungkan perjuangan panjang seorang nabi yang penuh dengan kesabaran dan pengorbanan. Setelah itu, kami menuju Laut Mati. Laut ini dikenal karena kadar garamnya yang tinggi, membuat siapapun bisa mengapung di permukaannya tanpa perlu usaha. Namun, lebih dari itu, laut ini adalah saksi bisu dari peristiwa sejarah yang tercatat dalam kitab suci. Kami merasakan sensasi berbeda saat merendam tubuh di airnya yang seolah memberi pelajaran: bahkan di tempat paling rendah di bumi, harapan dan keteguhan bisa tetap mengapung di atas cobaan yang datang.
Hari Keempat: Bersujud di Al-Aqsa
Jerusalem. Pada hari itu, suasana begitu syahdu saat kami melangkah memasuki Kompleks Masjid Al-Aqsa, salah satu situs paling suci bagi umat Islam. Berdiri di bawah kubah emas Qubbat As-Sakhrah yang berkilauan, rasanya seakan waktu berhenti. Sejarah, iman, dan spiritualitas menyatu di tempat ini, membentuk momen yang begitu berharga. Di sanalah, kami menyadari, bahwa setiap butir pasir dan setiap dinding telah menyaksikan ribuan doa yang diucapkan dengan khidmat. Di sekitar Al-Aqsa, kami juga menziarahi Masjid Buraq dan melihat Tembok Ratapan, tempat umat Yahudi biasa berdoa. Suasana di sini begitu khusyuk dan damai, seolah-olah setiap tempat berbisik, mengingatkan kami pada pentingnya doa dan keteguhan hati dalam menjalani kehidupan. Di hari itu, kami juga melakukan perjalanan ke Hebron untuk menziarahi Maqam Nabi Ibrahim, bapak dari para nabi. Tak jauh dari sana, makam Siti Sarah, Nabi Yaqub, Nabi Ishaq, Nabi Yusuf, dan Nabi Yunus melengkapi perjalanan spiritual ini dengan penuh keharuan.
Hari Kelima: Cahaya dari Bukit Zaitun
Keesokan harinya, kami disambut oleh panorama indah dari Bukit Zaitun. Dari ketinggian ini, kami melihat Jerusalem yang dibalut keagungan dan kedamaian. Sebuah tempat yang memeluk sejarah panjang perjuangan umat manusia dalam meniti jalan iman. Dengan angin yang berhembus lembut, kami berhenti sejenak untuk merenung, menyadari betapa besar tanggung jawab yang dititipkan kepada manusia untuk menjaga iman, sebagaimana para nabi melakukannya. Setelah dari Bukit Zaitun, perjalanan membawa kami ke Jericho, di mana kami mengunjungi Mount of Temptation, tempat Nabi Isa AS pernah diuji. Setiap langkah kami hari itu seolah menjadi saksi dari perjalanan panjang para rasul yang penuh dengan cobaan. Dan akhirnya, kami menuju perbatasan Taba, di mana peralihan dari Israel ke Mesir menjadi penanda babak baru dalam perjalanan kami.
Hari Keenam: Di Kaki Gunung Sinai
Mendaki jejak para nabi bukan hanya secara simbolis, tapi juga dalam makna yang paling harfiah. Pagi itu, di sekitar Gunung Sinai, kami menyusuri situs-situs bersejarah yang menyimpan legenda tak tertandingi. Maqam Nabi Saleh dan Maqam Nabi Harun menjadi saksi keteguhan iman dalam menghadapi segala tantangan. Patung Al-Samiri yang menggambarkan kisah penyembahan anak sapi emas oleh Bani Israel, menjadi pengingat akan pentingnya menjaga tauhid. Menjelang sore, kami melintasi Terusan Suez yang menghubungkan dua benua, sebuah perjalanan fisik yang tak kalah simbolis dengan perjalanan spiritual kami. Saat tiba di Kairo, Mesir, kami disambut oleh kota yang penuh kehidupan, namun tetap menyimpan misteri masa lalu di setiap sudutnya.
Hari Ketujuh: Menyusuri Keajaiban Mesir
Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Mesir tanpa menyaksikan Piramida Giza dan Sphinx yang melegenda. Berdiri di depan keajaiban dunia ini, kami merasa kecil di hadapan sejarah yang begitu panjang. Kunjungan ke Museum Mesir semakin memperdalam pemahaman kami akan peradaban besar yang pernah ada. Namun, lebih dari itu, perjalanan ini memberi perspektif tentang bagaimana kebesaran manusia di dunia tetap tak sebanding dengan kebesaran Sang Pencipta. Di tengah hiruk pikuk suasana, kami sejenak menikmati suasana sambil merenungkan betapa perjalanan ini mengajarkan keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi.
Hari Kedelapan: Alexandria, Simfoni Laut dan Sejarah
Perjalanan kami berlanjut ke Alexandria, kota pesisir yang indah dengan pemandangan Laut Mediterania yang menyejukkan mata. Di kota ini, kami melewati Jembatan Stanley yang megah, mengunjungi Masjid Imam Busairi, dan menyusuri sejarah di Istana Montazah, tempat tinggal Raja Al-Faruk, raja terakhir Mesir. Alexandria memberikan kelegaan sekaligus kekayaan pengetahuan, mengakhiri perjalanan kami dengan kesan mendalam. Sebuah Ucapan Terima Kasih Napak tilas ini adalah perjalanan luar biasa, bukan sekadar wisata, tetapi sebuah ziarah spiritual yang memperkuat iman dan menyuburkan rasa syukur. Setiap langkah di bumi Yordania, Palestina, dan Mesir ini mengajarkan kami tentang keteguhan hati, kesabaran, dan kekuatan iman yang diwariskan oleh para nabi. Terima kasih sebesar-besarnya kepada Cheria Halal Holiday yang telah menyelenggarakan perjalanan wisata halal ini dengan sempurna. Sebagai tour leader, saya merasa sangat beruntung bisa memimpin perjalanan yang sarat makna ini. Cheria Halal Holiday tidak hanya memberikan layanan wisata yang profesional, tetapi juga menghadirkan pengalaman spiritual yang menyentuh hati dan pikiran. Semoga perjalanan ini menjadi titik awal bagi perjalanan penuh berkah lainnya di masa depan.
Penulis : Yassin Krisnanegara