Kabar Nusantara - Aceh Tamiang - Lapangan pekerjaan adalah hal yang sangat dibutuhkan bagi pelajar yang telah selesai mengenyam pendidikan. Tantangan yang harus dihadapi para pelamar juga semakin besar setelah Indonesia sebagai salah satu negara ASEAN bergabung kedalam MEA. MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) adalah sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antar sesama negara ASEAN.
Indonesia telah mempersiapkan segala cara agar tenaga kerja Indonesia mampu bersaing secara kompetitif di pasar global seperti MEA. Salah satunya adalah dibukanya pendidikan vokasi bagi siswa - siswi SMK. Siswa SMK tidak hanya dituntut untuk mempu bekerja sesuai permintaan pasar, namun siswa SMK diharapkan juga agar dapat membuka lapangan pekerjaan dengan memanfaatkan peluang usaha.
Sejumlah spekulasi buruk pun muncul terhadap para lulusan SMK. Mereka dinilai belum mampu bersaing di pasar global dengan para tenaga kerja asing yang notabene nya dibekali dengan skil yang mumpuni serta tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Rata - rata lulusan SMK dianggap lemah pada perencanaan, evaluasi, kemampuan, leadership serta komunikasi. Padahal itulah hal-hal yang sangat dibutuhkan pada dunia kerja. Menurut data pengangguran BPS 2019, tingkat penganguran terbuka (TPT) Indonesia 5,01% dan benar saja, lulusan SMK masih menjadi penyumbang pengangguran tertinggi dibandingkan lulusan lain yaitu 8,63%. Belum lagi mereka yang harus bersaing dengan masyarakat global seperti Singapura. Negara yang memiliki kualitas pendidikan jauh membawahi Indonesia.
Namun hal tersebut dibantah langsung oleh M. Rafli Althoriq Mustafa salah satu siswa SMK Negeri 1 Karang Baru jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Ia berpendapat bahwa tenaga kerja lulusan SMK sebenarnya mampu bersaing dengan para tenaga kerja asing.
"Saya sangat yakin kalau lulusan SMK mampu bersaing secara kompetitif di pasar global seperti MEA. Karena ilmu dan pengalaman yang telah diberikan kepada kami lulusan SMK cukup menjadi modal awal dalam menghadapi tantangan lapangan pekerjaan di Indonesia yang juga memperkerjakan tenaga asing, " Sebut Rafli sapaan akrabnya.
Alasannya, karena setiap lulusan SMK telah dibekali dengan keterampilan dan mental dalam menghadapi dunia kerja. Lulusan SMK juga pernah merasakan masa prakerin (Praktek Kerja Industri) yaitu masa dimana siswa-siswi melaksanakan praktek kerja/magang di industri dan terjun langsung ke dunia kerja. Jadi, secara mental dan keterampilan lulusan SMK mampu bersaing secara kompetitif pada era MEA ini. Karena seperti yang kita ketahui bahwa jurusan-jurusan SMK saat ini telah disesuaikan dengan kebutuhan industri.
Tidak hanya itu, kemampuan siswa-siswi di SMK juga benar-benar diasah dengan matang. Karena para siswa SMK harus menyelesaikan UKK (Uji Kompetensi Keahlian) yang dinilai langsung oleh tenaga ahli industri di bidangnya terlebih dahulu jika ingin lulus.
Lulusan SMK yang berasal dari daerah setempat juga lebih mengenal kearifan lokal daerahnya. Sehingga mereka bisa membidik ekonomi mikro dengan mengembangkan potensi daerah maupun keunggulan lokal dimana lulusan SMK tersebut berdomisili. Dengan ini diharapkan mereka dapat lebih unggul dari pekerja asing yang akan bekerja di daerah tersebut.
Tidak hanya di dalam negeri, lulusan SMK Indonesia ternyata juga dibutuhkan oleh industri luar negeri Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) menawarkan 4.013 lowongan pekerjaan ke Asia hingga Eropa yang ditujukan kepada lulusan-lulusan SMK Indonesia. Menunjukkan kalau lulusan SMK Indonesia siap bersaing tidak hanya dalam negeri, namun juga diluar negeri.
Rafli Althoriq menambahkan, kalau menganggap remeh lulusan SMK merupakan hal yang keliru. "Menurut hemat saya, merupakan suatu kesalahan jika kita mengangap lulusan SMK Indonesia tidak mampu bersaing di pasar global. Buktinya toh mereka diperlukan juga oleh negara lain untuk ditempatkan di industri-industri besar mereka". (Citizen Journalism)