Kabar Nusantara - Menteri Riset
dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang
PS Brodjonegoro melakukan peninjauan ke Fasilitas Riset PT Kalbe Farma, Jumat
(31/1). Dalam kunjungannya itu Menteri Bambang mengunjungi tiga lokasi
fasilitas riset PT Kalbe Farma berbeda, yakni Fasilitas Riset Stemcell and
Cancer Institute (SCI) di Kawasan Pulomas Jakarta, Fasilitas Riset Obat di
Kawasan Delta Silicon Cikarang serta Fasilitas Riset PT Kalbio Global Medika
yang merupakan anak perusahaan PT Kalbe Farma yang berfokus pada bahan baku
obat dan produk biologi. (Siaran Pers Kemenristek/BRIN Nomor:
22/SP/HM/BKKP/I/2020)
Menteri Bambang menekankan
dukungan Kemenristek/BRIN agar industri farmasi mengembangkan fasilitas pusat
R&D di Indonesia. Menteri Bambang memberikan masukan agar ke depan
fasilitas R&D dikembangkan menjadi satu kawasan, sehingga lebih mudah dalam
melihat pengembangan kegiatan R&D. “Pandangan saya perusahaan besar dengan
size R&D yang bisa ribuan orang, biasanya ditempatkan dalam satu kompleks,
dan tidak bersatu dengan pabriknya. Bayangan saya ke depan, kawasan R&D
Center secara khusus ini bisa dipusatkan lokasinya bisa di kawasan Puspiptek
Serpong atau nanti bisa di lokasi baru ibu kota secara khusus,” ulas Menteri
Bambang.
Lebih lanjut, Menteri Bambang
juga mendorong agar PT Kalbe Farma yang sudah membangun kerjasama dengan
perguruan tinggi agar menempatkan fasilitas riset di Science Techno Park (STP)
yang ada di perguruan tinggi. Hal Ini selaras dengan sisi penelitian, industri,
dan pemerintah.
“Ini bisa dipertimbangkan
kerjasama perguruan tinggi yang mempunyai STP, ada bagian R&D Kalbe yang
bisa ditempatkan di STP tersebut. Karena kami lihat ini bisa menjadi tren dunia
usaha bisa masuk ke dalam kegiatan R&D,” jelasnya. Hanya saja, Menteri
Bambang melihat masih rendahnya paten yang dihasilkan dari kegiatan R&D di
dunia industri. Karena pusat kegiatan R&D industri lebih banyak melakukan
technology development. Maka dari itu, dengan adanya rencana tax deduction yang
diberikan kepada perusahaan maksimum 300 persen akan memotivasi dunia industri
dalam mengembangkan investasi dalam R&D, dari mulai riset dasar hingga
menghasilkan paten maupun invensi dan inovasi.
Rencana tax deduction ini akan
diberikan sesuai level dan kegiatan penelitian. Bagi industri yang melakukan
kegiatan R&D saja akan diberikan tax deduction sebesar 100 persen,
sementara untuk industri yang bekerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga
litbang pemerintah akan mendapat 150 persen. Industri yang menghasilkan paten
secara mandiri mendapat 200 persen, sedangkan Industri yang melakukan R&D
menghasilkan paten bekerja sama dengan perguruan tinggi/lembaga litbang pemerintah
mendapatkan 300 persen. “Ini bisa memanfaatkan optimal,
tax deduction ini untuk memotivasi industri agar lebih besar investasi dalam
kegiatan R&D. Harapan kami PT Kalbe Farma dapat mendorong obat baru hasil
inovasi, khusunya untuk jenis obat resep,” katanya.
Saat ini PT Kalbe Farma telah
bekerjasama dengan berbagai pusat penelitian, pemerintah, akademisi, dan swasta
baik di dalam negeri maupun luar negeri dalam mengembangkan inovasi dan ilmu
pengetahuan. Founder and Honorary Chairman PT Kalbe Farma Tbk sekaligus Founder
Stemcell and Cancer Institute (SCI) Boenjamin Setiawan mengatakan dukungan
pemerintah sangat dibutuhkan. Ia menyambut baik adanya rencana tax deduction
yang akan diberikan pemerintah kepada industri yang melakukan kegiatan
penelitian.
“Penelitian itu sangat penting
bagi kemajuan suatu negara, sehingga perlu mendapat perhatian besar dari
seluruh pihak, khususnya pemerintah,“ ujarnya.
Presiden Direktur PT Kalbe Farma
Tbk Vidjongtius, menjelaskan setelah tahun 1998, Kalbe Farma melakukan relokasi
pabrik dari Pulomas ke Cikarang, dengan area 10,5 ha. Pihaknya juga tengah
melakukan ekspansi lagi melalui anak perusahaannya PT Kalbio Global Medika,
dengan fasilitas berstandar internasional, termasuk untuk fasilitas
R&D-nya.
“Kami punya cita-cita setelah
relokasi ke Cikarang, pabrik kami yang berada di Pulomas digunakan selain
sebagai kantor juga dijadikan research center. Karena Kalbe juga sudah memiliki
learning center, yang menjadi pusat pelatihan yang bekerjasama dengan
Kemenaker,” terangnya. Direktur Riset dan Pengembangan PT Kalbe Farma Tbk Pre
Agusta, menjelaskan Kalbe Farma memiliki tujuh fasilitas riset terdiri atas
empat Laboratorium Farmasi, satu Laboratorium Stemcell dan satu Laboratorium
Kalbio Global Media, dan dua Laboratorium khusus untuk konsumer.
Fasilitas tersebut memiliki luas
area 1.296 m2, dengan jumlah pegawai 1.577 orang dan 88 persen berusia 30
tahun. Sementara untuk SDM R&D terdapat 308 orang yang meliputi peniliti,
teknisi, dan tenaga pendukung. “Paling banyak apoteker dan sarjana farmasi, ada
kimia dan lainnya juga. Kita terus kerjasama dengan ITB untuk meningkatkan SDM
peneliti dengan jenjang S3. Sedangkan untuk inovasi dalam farmasi. Ke depan
kita konsentrasi ke nano teknologi,” ungkapnya.
Turut mendampingi kunjungan
menteri, Plt. Dirjen Risbang Moh Dimyati dan Ketua Dewan Riset Nasional (DRN)
Bambang Setiadi. Sementara itu dari pihak PT Kalbe Farma dihadiri oleh Founder
and Honorary Chairman PT Kalbe Farma Tbk Boenjamin Setiawan, Presiden Direktur
PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius, Direktur PT Kalbe Farma Tbk Sie Djohan,
Direktur PT Kalbe Farma Tbk Michael Buyung Nugroho, Direktur Riset dan
Pengembangan PT Kalbe Farma Tbk Pre Agusta, Kepala Pabrik PT Kalbe Farma Tbk
Sherly Septiana Harjo, Kepala Bagian Produksi dan Operasional PT Kalbio Global
Medika Christopher Carl Sweeney, serta Kepala Pabrik PT Kalbio Global Medika
Daniel Iskandar.