Iklan

,

Seni Batik dan Merapi: Menggali Harmoni dalam Pameran Luberan Garis Kreatif

Kabar Nusantara
Minggu, 23 November 2025, 00.43 WIB Last Updated 2025-11-22T17:43:25Z

Sumber Foto Dok Pribadi : Gugum Tapa Informasi foto : Para Pameris Pembatik bersama Wakil DPRD Sleman dan SekDin Kebudayaan Sleman


Kabar Nusantara - Pameran Seni Batik LUBERAN GARIS KREATIF, sebuah tajuk yang digagas oleh CHOLSVERDE (Pegiat Gugum Tapa, Seniman Teater & Drawing Performance), dan YOGA TRIANJAR (Pegiat Batik Badong dan Pelestari Budaya Desa Wisata Pentingsari), hadir dengan premis yang menarik: mengaitkan seni batik dengan kekuatan alam Merapi dan menginterpretasikan interaksi tersebut melalui medium visual yang kaya akan kreativitas. Pameran yang digelar dari tanggal 19 - 23 November 2025 di Museum Gunungapi Merapi ini mengangkat Merapi sebagai sumber inspirasi yang kuat, dengan mengaitkan lava yang meluber sebagai metafora untuk proses kreatif dalam seni batik. Konsep “luberan cairan panas” yang digambarkan oleh kedua penulis dan kurator tema ini memberikan gambaran menarik tentang bagaimana energi alam yang tak terkendali seperti lava Merapi dapat dipadukan dengan kesadaran artistik melalui proses membatik. Setiap goresan lilin malam yang jatuh ke atas kain menjadi simbol dari keberanian dan kontrol dalam menangkap energi liar alam.


Dalam aspek lain, Cholsverde dan Yoga Trianjar memandang batik sebagai medium yang berpotensi untuk literasi ekologi, khususnya di daerah sekitaran Merapi. Mereka menggambarkan bagaimana proses membatik dapat digunakan untuk mengajarkan kepada warga dan anak-anak khususnya di sekitaran Merapi, untuk lebih mengenal lingkungan dan kesadaran ekologis, dengan menghubungkan pola-pola sosial, lingkungan, dan alam Merapi, dari tekstur tanah hingga bentuk bebatuan vulkanik. Di sini, batik diharapkan berfungsi lebih dari sekadar kerajinan—ia menjadi sarana pembelajaran dan penghubung antara generasi muda dengan alam sekitar, maupun para wisatawan yang berkunjung ke Museum Gunungapi Merapi ini.


Selain itu, satu hal yang patut diapresiasi adalah upaya Cholsverde dan Yoga Trianjar untuk membaca batik sebagai bagian dari seni gambar, bukan hanya sebagai kerajinan tangan. Pameran ini ingin menawarkan pandangan yang lain bahwa batik, dengan teknik garis, aliran, dan improvisasi, memiliki potensi untuk berkembang pada wacana seni gambar yang lebih luas. Namun, meskipun pameran ini memperkenalkan perspektif baru, tantangan bagi batik sebagai seni yang luas adalah bagaimana cara untuk memastikan bahwa tradisi ini tetap relevan di tengah arus seni global yang terus berkembang. Menurut mereka, kita semua perlu membaca kembali batik seharusnya bukan hanya bicara melestarikan warisan, tetapi bagaimana ia dapat beradaptasi dan berbicara dalam bahasa seni global yang dinamis. Bagaimana batik, dengan segala kedalaman teknik dan filosofi yang melekat padanya, dapat menjadi bagian dari dialog seni dunia yang lebih luas, ataupun menjadi bahasa ekspresi gagasan setiap siapapun yang membatik.

Sumber Foto Dok Pribadi : Gugum Tapa Wakil DPRD Sleman dan SekDin Kebudayaan Sleman bersama Penulis dan Kurator Pameran, Cholsverde dan Yoga Trianjar

Pameran ini tentu memberikan pengalaman visual yang mendalam dan mendorong kita untuk merenung lebih jauh tentang hubungan antara alam, seni, dan kreativitas manusia. Namun, seperti pameran seni lainnya, interpretasi yang dihadirkan oleh Cholsverde dan Yoga Trianjar akan terus diupayakan untuk lebih kreatif dan inspiratif jika mampu menghubungkan kedalaman spirit dengan praktik yang lebih konkret dalam masyarakat.


Luberan Garis Kreatif menghadirkan pertanyaan lebih dari sekadar memamerkan karya. Ia menggugah kita untuk lebih sensitif terhadap dinamika alam dan proses kreatif yang melahirkan karya. Namun, pertanyaannya adalah sejauh mana pameran ini akan meninggalkan jejak yang berkelanjutan dalam wacana seni dan kesadaran ekologis, serta apakah ia benar-benar mampu membawa batik ke arah yang lebih progresif tanpa kehilangan esensinya sebagai bagian dari budaya Indonesia. Hal tersebut, mungkin akan hadir setelah acara ini selesai, baik dalam bulan-bulan berikutnya atau setahun setelahnya.


Pameran ini membuka banyak ruang diskusi mengenai relasi antara seni batik tradisional dan kontemporer, serta bagaimana kita memahami kembali peran batik dalam konteks lingkungan, spiritualitas, dan kreativitas. Luberan Garis Kreatif adalah sebuah ajakan untuk berpikir lebih dalam tentang bagaimana batik tidak hanya berfungsi sebagai kerajinan semata, tetapi juga sebagai sarana untuk mengekspresikan diri dan menciptakan kesadaran serta transformasi sosial yang paling dekat di sekitaran kita sendiri.