Kegiatan ini diawali dengan sambutan dari Ketua Tim Pengabdi, Dr. Ir. Dewa Ayu Anom Yuarini, S.TP., M.Agb., IPU, yang menegaskan bahwa dalam proses menuju sertifikasi CPPOB dan ijin edar oleh BPOM, pelaku UMKM perlu mempersiapkan banyak aspek, salah satunya tata letak fasilitas produksi dan penyimpanan produk yang sesuai standar. Hal tersebut menjadi langkah awal untuk memastikan keamanan pangan yang dihasilkan.
Senada dengan hal tersebut, anggota tim pengabdi Ir. Putu Julyantika Nica Dewi, S.TP., M.TP dalam paparannya menjelaskan bahwa Standarisasi Produk Olahan Laut melalui penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) harus memenuhi 18 klausul utama yaitu Lokasi, Bangunan, Fasilitas Sanitasi, Mesin & Peralatan, Bahan, Pengawasan Proses, Produk Akhir, Laboratorium, Karyawan, Pengemas, Label dan Keterangan Produk, Penyimpanan, Pemeliharaan & Program Sanitasi, Pengangkutan, Dokumentasi dan Pencatatan, Pelatihan, Penarikan Produk, dan Pelaksanaan Pedoman. Klausul ini menjadi pedoman wajib agar produk UMKM dapat lolos sertifikasi CPPOB dan mendapatkan ijin edar dari BPOM.
Selain aspek teknis CPPOB, materi tentang Manajemen Usaha UMKM disampaikan oleh Ni Luh Made Indah Murdyani Dewi, S.P., M.Agb. Ia menekankan pentingnya delapan aspek manajemen yang harus diperhatikan pelaku usaha, terutama manajemen keuangan. Menurutnya, pencatatan transaksi keluar maupun masuk sering kali diabaikan oleh pengelola UMKM, padahal hal ini krusial dalam pengembangan usaha yang berkelanjutan.
Para peserta tampak
antusias mengikuti pelatihan. Mereka berharap kegiatan ini dapat menjadi bekal
untuk berbenah, sehingga ke depannya mampu memperoleh sertifikasi CPPOB serta
nomor izin edar dari BPOM. Ketua Tim Pengabdi kembali menegaskan bahwa kunci utama
dalam proses sertifikasi adalah komitmen bersama antara ketua dan anggota
kelompok. Dengan komitmen yang kuat, baik persyaratan teknis maupun dokumen
mutu dapat disiapkan secara optimal.
Menariknya, setelah
pemaparan materi CPPOB, peserta juga diajak melakukan praktik higiene dan
sanitasi karyawan, salah satunya mencuci tangan dengan benar sesuai delapan
langkah menggunakan air mengalir dan sabun. Untuk menguji efektivitas cuci
tangan, digunakan bubuk fosfor glow in the dark yang disimulasikan
sebagai kotoran pada tangan. Tangan kemudian diperiksa dengan senter ultraviolet
(UV) untuk melihat sisa kontaminan. Hasil praktik ini memberikan pemahaman
nyata kepada peserta mengenai pentingnya kebersihan dalam menjamin keamanan
pangan.
Sebagai bentuk dukungan
keberlanjutan, tim pengabdi juga menyerahkan bantuan peralatan produksi kepada
UMKM, meliputi mesin pengaduk abon, mesin spinner, digital food meat
probe thermometer, termometer digital infrared, timbangan digital waterproof,
meja dapur stainless, dan meja sink wastafel stainless. Seluruh
peralatan yang diberikan telah memenuhi standar peralatan produksi sesuai
CPPOB, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi sekaligus
menjamin mutu serta keamanan pangan produk abon ikan yang dihasilkan.
“Kami berharap
peralatan ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan
kualitas produksi dan memperkuat posisi UMKM dalam menghadapi persaingan
pasar,” ujar Ketua Tim Pengabdi menutup kegiatan.
Terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Tahun Anggaran 2025 sebagai pemberi dana kegiatan Pengabdian Berbasis Masyarakat.