Iklan

,

Fluktuasi Harga Tembakau Virginia di NTB, Ada apa?

Kabar Nusantara
Senin, 02 Desember 2024, 13.50 WIB Last Updated 2024-12-02T07:05:31Z


Penulis : Fadlika Ahmadi | IPB University

Kabar Nusantara - Lombok, NTB – Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi penghasil tembakau di Indonesia. Menurut laporan kunjungan kerja DPR RI, produksi tembakau virginia Lombok mampu memenuhi hingga 80% dari total kebutuhan nasional. Fakta tersebut mendorong pemerintah provinsi NTB tembakau virginia sebagai salah satu komoditas unggulan daerah karena sangat berpengaruh terhadap perekonomian daerah, terutama pada petani lokal yang mengandalkan pertanian sebagai sumber pendapatan utama. Namun, adanya fluktuasi harga pada komoditas ini menjadi tantangan tersendiri bagi petani dan pemerintah. Dilansir dari berbagai sumber, harga tembakau virginia di provinsi NTB berfluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2020, harga tembakau virginia grade terbaik sebesar Rp. 45.000/kg, kemudian menurun pada musim tanam 2021 menjadi Rp. 41.000/kg. Harga tersebut meningkat kembali pada tahun-tahun selanjutnya, dimana harga tertinggi dicapai pada musim tanam tahun 2023 yang mencapai harga Rp. 70.000/kg.


Secara teoritis, fluktuasi harga tersebut sering kali dikaitkan dengan teori Cobweb Model yang menyatakan bahwa petani cenderung menanam komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi pada musim sebelumnya dengan harapan harga yang sama atau lebih tinggi pada musim tanam selanjutnya. Namun karena banyak petani yang menanam komoditas yang sama, maka produksi akan meningkat sementara yang mampu diserap oleh pasar tidak sebanyak produksi tersebut sehingga akan menyebabkan harga turun.


Faktanya di lapangan, harga tembakau virginia di Provinsi NTB dipengaruhi oleh setidaknya 2 aspek yaitu aspek cuaca dan aspek kebijakan pemerintah. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, Muhammad Riadi, menyebutkan bahwa penurunan harga tembakau virginia pada tahun 2021 akibat dari cuaca yang kurang baik menyebabkan kualitas hasil daun tembakau, khususnya daun bawah, tidak sesuai standar perusahaan sehingga dihargai lebih rendah. Namun, ia menambahkan bahwa fenomena tersebut hanya dirasakan oleh petani swadaya, petani yang telah bermitra dengan perusahaan tetap menerima harga yang sesuai dengan kesepakatan awal.


Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Provinsi NTB, Sahminuddin, menuturkan bahwa penyebab kenaikan harga tembakau virginia yang cukup tinggi pada tahun 2023 yaitu terjadinya hujan yang tiba-tiba mengguyur di saat musim kemarau sehingga menyebabkan banyak petani mengalami gagal panen akibat tanaman tembakaunya yang terendam. Peristiwa tersebut berakibat pada menurunnya produksi tembakau virginia yang pada akhirnya meningkatkan harga jual tembakau. Selain itu, aspek kebijakan pemerintah meningkatkan harga cukai rokok menyebabkan perusahaan rokok di NTB mengurangi jumlah penyerapannya di NTB.


Di sisi lain, Sahminuddin menjelaskan bahwa kenaikan harga beli tembakau virginia ini juga dipengaruhi oleh semakin banyaknya produsen rokok-rokok yang tidak bercukai (rokok ilegal). Ia menuturkan bahwa produsen-produsen rokok tidak bercukai ini berani membeli dengan harga tinggi karena permintaan rokok tidak bercukai ini tinggi akibat dari harganya yang lebih murah. Karena perusahaan yang tidak bercukai tersebut menawarkan harga yang lebih tinggi dengan jumlah yang lebih banyak, maka persediaan tembakau yang diserap oleh perusahaan resmi akan berkurang sehingga mengakibatkan perusahaan meningkatkan harga untuk mendapatkan sejumlah produksi yang diinginkan.