Kabar Nusantara - Samarinda, 9 Oktober 2024 – Tim dosen dari Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda, dipimpin oleh Eny Maria, M.Cs., meluncurkan
aplikasi inovatif "SeDu" (Sex Education) berbasis augmented
reality untuk mendukung pendidikan seks pada anak penyandang Autism Spectrum
Disorder (ASD). Aplikasi ini dikembangkan melalui hibah Program INOVOKASI
dari Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi (APTV) Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, sebagai bagian
dari upaya meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Peluncuran aplikasi ini berlangsung dalam acara Seminar Nasional Disability
Study & Modern Education yang digelar di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda, bekerja sama dengan Sekolah Khusus Pelita Bunda.
Dalam seminar tersebut, Drg. Nova Paranoan, M.Kes.
dari Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A)
Provinsi Kalimantan Timur, menekankan pentingnya pendidikan seks untuk
anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Pendidikan seks sejak dini, terutama
bagi anak-anak dengan keterbatasan seperti ASD, sangat penting untuk
menghindari perilaku berisiko dan pelecehan seksual.
Seminar ini juga menyaksikan penandatanganan Memorandum
of Understanding (MoU) antara Politeknik Pertanian Negeri Samarinda yang
diwakili oleh Direktur Hamka S.TP., M.Sc., MP, dan Farah Flamboyant,
S.T., S.Pd., CIMI, MISP, selaku Kepala Sekolah Sekolah Khusus Pelita Bunda.
MoU ini berfokus pada pengembangan aplikasi pendidikan yang mendukung
anak-anak ASD, mencakup pendidikan seks, manajemen terapis, dan aplikasi
pendukung disabilitas lainnya.
Keunggulan Aplikasi "SeDu" Aplikasi "SeDu"
menggunakan augmented reality (AR) yang memudahkan siswa memahami
pendidikan seks secara visual dan interaktif. Teknologi image-based tracking
memungkinkan anak-anak berinteraksi dengan model 3D, memberikan mereka
pemahaman lebih baik tentang tubuh, batasan pribadi, dan hubungan antarpribadi.
Aplikasi ini dapat diakses melalui perangkat mobile, membuatnya mudah digunakan
baik di sekolah maupun di rumah.
Selain seminar, siswa-siswi dari Sekolah Khusus Pelita
Bunda juga mengikuti kegiatan outbound di Kebun Percontohan BTP (Budidaya
Taman Perkebunan) Politani Samarinda. Dalam kegiatan ini, siswa dari
berbagai jenjang usia, mulai dari PAUD hingga SMA, diajak untuk berinteraksi
dengan alam dan mempelajari pertanian secara langsung. Aktivitas outbound ini
dirancang untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa ASD sambil
memperkenalkan mereka pada lingkungan alam.
Acara ini diakhiri dengan penampilan tarian Dayak oleh siswa-siswi ASD dan serah terima aplikasi "SeDu" dari Politeknik Pertanian Negeri Samarinda kepada Sekolah Khusus Pelita Bunda, menandai langkah besar dalam pengembangan pendidikan Khusus berbasis teknologi. (Aji)