Kabar Nusantara - Pembangunan tanggul tersebut merupakan respons cepat Pemprov Jawa Timur terhadap banjir besar yang melanda Trenggalek pada Februari dan Juni 2025, yang menyebabkan kerusakan tanggul, saluran irigasi, serta mengancam permukiman dan infrastruktur jalan.
Di Desa Kertosono, penanganan dilakukan melalui pembangunan tanggul sepanjang 654 meter dengan tinggi sekitar 5,5 meter, pembangunan groundsill sepanjang 53 meter dengan tinggi 3 meter, pemasangan tiga krib setinggi 4 meter, serta pipanisasi 158,5 meter. Proyek ini dibiayai APBD Pemprov Jatim senilai Rp15,85 miliar, termasuk pembangunan tanggul bronjong sepanjang 90 meter di Desa Panggul.
Gubernur Khofifah menegaskan pentingnya infrastruktur irigasi yang andal untuk mendukung program swasembada pangan nasional. Ia menyebut pembangunan ini merupakan tindak lanjut usulan Pemkab Trenggalek setelah banjir memutus saluran irigasi yang mengairi 240 hektare sawah di lima desa: Gayam, Nglebeng, Panggul, Kertosono, dan Wonocoyo.
Ia berharap sistem pipanisasi dan bronjong yang telah dibangun dapat meningkatkan produktivitas petani, menekan risiko banjir, dan mencegah luapan air ke permukiman maupun jalan raya. Sementara itu, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin menyampaikan apresiasi atas langkah cepat Pemprov Jatim. Ia menyebut kerusakan irigasi akibat banjir sebelumnya membuat petani tidak bisa berproduksi optimal.
Arifin menambahkan, dengan kondisi geografis Trenggalek yang 70 persen berupa kawasan perbukitan, infrastruktur tanggul dan pipanisasi menjadi solusi strategis bagi lahan pertanian yang terbatas
