Iklan

,

Menghadapi Tantangan Etika Profesional TIK Di Era Generative AI

Senin, 11 November 2024, 08.53 WIB Last Updated 2024-11-11T01:59:39Z


Photo by Sansert Sangsakawrat on iStockphoto

Oleh : Lika Anjelina, Program studi Informatika
Universitas Muhammadiyah Malang, Asal Malinau Kalimantan Utara 


Kabar Nusantara - Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah masuk ke era digital yang semakin kompleks, teknologi yang menarik perhatian khalayak umum salah satunya Artificial Intelligence (AI). Contoh perkembangan AI di masa sekarang adalah Generative AI, teknologi ini menciptakan peluang yang inovatif. Tetapi dibalik kecanggihannya, Generative AI juga memberikan tantangan yang berpengaruh pada etika seseorang. Setelah memasuki era Industri 4.0 kemajuan dari Generative AI sudah mampu memproduksi berbagai macam konten mulai dari teks, gambar, video, bahkan secara mandiri bisa menghasilkan kode pemrograman.


Profesionalisme TIK bukan hanya sekedar keterampilan teknis melainkan etika dalam teknologi semakin mendesak karena peran AI yang lebih luas dan berpotensi mempengaruhi privasi serta keamanan publik. Rujukan utama dalam kode Etik di bidang TIK adalah pedoman yang disusun oleh Association for Computing Machinery (ACM). Setiap penggunaan data pribadi harus dijelaskan dengan jelas kepada pengguna agar mereka memahami manfaat dan resiko dari teknologi yang digunakan, pengguna dapat memberikan persetujuan yang informasional dan memiliki hak untuk mengakses, mengoreksi, bahkan menghapus data pribadi mereka jika diinginkan. Jika professional TIK mengikuti pedoman etika, mereka dapat membantu melindungi hak-hak pengguna sekaligus menjaga integritas mereka dalam menghadapi tantangan yang muncul dari Generative AI.

 

Profesional di bidang TIK memiliki etika dalam bekerja, meliputi perlindungan privasi pengguna, pengelolaan data pribadi yang aman, serta transparansi dalam penggunaan teknologi. Seseorang profesional TIK harus memastikan data yang dimiliki disimpan dan digunakan sesuai persetujuan dari pengguna. Pelanggaran etika dalam mengelola data seseorang dapat menimbulkan kerugian bagi pengguna dan merusak kepercayaan publik terhadap industri TIK. Contoh yang sudah terjadi secara nyata adalah kasus kebocoran Data Equifax pada tahun 2017. Equifax mengalami kebocoran data besar-besaran yang mengungkapkan data pribadi lebih dari 147 orang (Lubis 2024). Hal ini terjadi akibat kurangnya protokol keamanan yang ketat dan pembaruan sistem yang lalai. Kasus ini memperlihatkan pentingnya mengikuti pedoman etika profesional untuk menjaga keamanan data konsumen dengan sangat serius demi melindungi privasi dan keamanan data mereka.


Penting bagi Mahasiswa Informatika untuk tidak hanya menguasai keterampilan teknis, tetapi juga harus memahami pedoman etika dalam dunia kerja di bidang TIK. Oleh karena itu Setiap Universitas perlu memastikan bahwa mereka mengikuti pembelajaran Etika agar siap menghadapi tantangan saat memasuki dunia kerja yang semakin modern. Pemerintah dan lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran etika dari kalangan mahasiswa maupun kalangan profesional. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri juga penting untuk mengatasi masalah etika dalam TIK (Floridi and Taddeo 2016). Pemerintah dapat mengeluarkan peraturan yang jelas mengenai penggunaan teknologi AI untuk melindungi masyarakat dari potensi penyalahgunaan. Meskipun akademisi dapat melakukan penelitian mendetail untuk mengidentifikasi dan menghilangkan bias dalam Generative AI, industri harus menerapkan pedoman etika yang ketat di setiap tahap pengembangan dan penggunaan teknologi.


Dukungan dari perusahaan juga memainkan peran penting dalam membangun budaya etis di lingkungan kerja ICT. Budaya perusahaan yang beretika dapat dibangun melalui pelatihan berkelanjutan dan penerapan kode etik perusahaan yang ketat. Dengan menetapkan sistem evaluasi dan penghargaan yang mendorong kepatuhan etis, perusahaan dapat mencegah perilaku yang melanggar prinsip etika (J., et al. 2020). Selain itu, perusahaan juga sebaiknya membuka ruang diskusi internal dimana karyawan dapat berdiskusi mengenai permasalahan etika dan mencari solusi bersama. Inisiatif-inisiatif tersebut akan memperkuat tanggung jawab sosial perusahaan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat (cath 2018).


Selain upaya internal, membangun kerangka etika yang lebih kuat memerlukan kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta (Floridi and Taddeo 2016). Pemerintah dapat bertindak sebagai pembuat kebijakan dan memberikan kebijakan, undang-undang, atau peraturan mengenai penggunaan teknologi, khususnya terkait data dan privasi. Di sisi lain, para ilmuwan dapat memberikan penelitian dan pengetahuan yang lebih mendalam tentang dampak teknologi terhadap masyarakat dan mengembangkan standar etika yang lebih luas. Kerjasama ini akan diwujudkan dalam bentuk seminar, konferensi dan penelitian

 

bersama untuk memperdalam pemahaman mengenai isu-isu etika dan memberikan bimbingan kepada industri ICT.


Forum diskusi etika yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan pemerintah, merupakan inisiatif usaha yang penting dan memberikan manfaat nyata. Forum ini tidak hanya membantu bertukar ilmu pengetahuan namun juga memperkaya pengalaman profesional dalam menghadapi permasalahan nyata di lapangan. Pengalaman ini memungkinkan praktisi dan mahasiswa untuk mengambil keputusan yang lebih bijaksana terkait dilema etika yang mereka hadapi. Selain itu, diskusi ini membangun jaringan profesional yang berpikiran etis dan menciptakan komunitas yang mendorong pengembangan teknologi yang bertanggung jawab dan transparan.


Melalui berbagai inisiatif tersebut, diharapkan industri ICT dapat terus berkembang dengan lebih menekankan pada etika dan profesionalisme. Standar etika yang ketat, kolaborasi lintas sektor, dan pelatihan berkelanjutan merupakan elemen yang perlu diatasi agar teknologi benar-benar bermanfaat bagi masyarakat tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan. Kolaborasi ini bertujuan untuk menciptakan standar etika yang lebih komprehensif.


Opini saya sebagai mahasiswa Informatika yang sedang mengampu mata kuliah Etika Profesi, untuk menjaga industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di era Generative AI agar tetap etis dan bertanggung jawab memerlukan keterlibatan komprehensif dari berbagai pemangku kepentingan. Cara efektif untuk meningkatkan profesionalisme dan etika adalah dengan menetapkan standar yang ketat dan memberikan pelatihan yang berfokus pada kesadaran etika dalam pengembangan dan penerapan teknologi. Misalnya, mendidik masyarakat tentang dampak sosial dari teknologi dapat membantu calon profesional menyadari pentingnya mempertimbangkan dimensi manusia ketika mengembangkan AI dan teknologi digital lainnya. Pengakuan ini akan menjadi dasar pengambilan keputusan yang tidak hanya mempertimbangkan nilai ekonomi tetapi juga dampak sosial.