Kabar Nusantara - Sejumlah mahasiswa
dari Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur menggelar
kegiatan pengabdian kepada masyarakat bertajuk "Moderasi Beragama sebagai
Pilar Keharmonisan Sosial". Kegiatan yang berlangsung di Masjid Muqimudin,
Jl. Medayu Selatan VI No.27, Medokan Ayu, Kec. Rungkut, Surabaya dengan
menggandeng Remaja Masjid Muqimudin sebagai peserta utama. Kegiatan yang berisi
presentasi dan diskusi ini mengangkat tema “Moderasi Beragama dan Toleransi:
Membangun Kehidupan Beragama yang Harmonis”, sejalan dengan materi yang
disampaikan dalam presentasi kelompok mahasiswa serta dibawah bimbingan bapak
Dr. Fazlul Rahman, Lc., M.A.Hum.
Dalam pembukaan, mahasiswa menyoroti fakta
bahwa Indonesia adalah negara dengan keberagaman agama, suku, dan budaya yang
sangat tinggi. “Di tengah kemajemukan ini, penting bagi kita untuk menjaga
kerukunan antarumat beragama. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan
moderasi beragama, sebagaimana yang diajarkan dalam Islam sejak awal,” papar Mohammad
Bahrul Ilmi, koordinator mahasiswa pengabdian.
Melalui presentasi, mahasiswa menjelaskan
bahwa moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan
perilaku dalam beragama yang menghindari sikap ekstrem—baik yang terlalu keras
maupun terlalu longgar. Prinsip wasathiyah atau sikap tengah menjadi landasan
utama, di mana umat Islam diajak untuk menjalankan ajaran agama secara adil,
seimbang, dan sesuai konteks kehidupan bermasyarakat.
Diskusi semakin menarik ketika peserta
diajak untuk mengidentifikasi berbagai tantangan moderasi beragama di
era digital. Mahasiswa menyoroti maraknya penyebaran paham radikal, ujaran
kebencian, dan hoaks di media sosial yang dapat memicu konflik antaragama.
Selain itu, masih adanya kelompok yang memaksakan tafsir agama, minimnya ruang
dialog, dan rendahnya literasi keagamaan moderat juga menjadi tantangan
tersendiri.
Beberapa aksi nyata
yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari juga dibahas bersama, seperti:
- Menjalin hubungan baik dengan tetangga
berbeda agama,
- Tidak memaksakan keyakinan kepada orang
lain,
- Menghargai perbedaan cara beribadah di
lingkungan masjid,
- Serta bijak dalam menggunakan media sosial
dengan menyebarkan komentar kebaikan dan menghindari konten provokatif.
“Moderasi beragama
tidak cukup hanya dipahami, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan nyata.
Setiap langkah kecil, seperti berdialog dan saling menghormati, adalah
kontribusi besar bagi kerukunan,” tambah Maureen Aliandri Leksmana dalam sesi
penutup
“Kami ingin masyarakat, terutama generasi
muda, menyadari pentingnya sikap moderat dalam beragama, tidak ekstrem ke kiri
atau ke kanan,” ujar Fadhillatul Ummah koordinator mahasiswa pengabdian.
Kegiatan ditutup dengan ajakan refleksi:
“Sudahkah kita menerapkan nilai-nilai moderasi dalam kehidupan sehari-hari?”
Para remaja masjid dan mahasiswa berkomitmen untuk terus menumbuhkan sikap
moderat dan toleran, serta menjadi agen perdamaian di lingkungan masing-masing.