Iklan

,

Mahasiswa dan Remaja Masjid Bahas Moderasi Beragama: Membangun Harmoni di Tengah Keberagaman

Senin, 16 Juni 2025, 17.16 WIB Last Updated 2025-06-16T10:17:30Z

 


Kabar Nusantara - Sejumlah mahasiswa dari Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur menggelar kegiatan pengabdian kepada masyarakat bertajuk "Moderasi Beragama sebagai Pilar Keharmonisan Sosial". Kegiatan yang berlangsung di Masjid Muqimudin, Jl. Medayu Selatan VI No.27, Medokan Ayu, Kec. Rungkut, Surabaya  dengan menggandeng Remaja Masjid Muqimudin sebagai peserta utama. Kegiatan yang berisi presentasi dan diskusi ini mengangkat tema “Moderasi Beragama dan Toleransi: Membangun Kehidupan Beragama yang Harmonis”, sejalan dengan materi yang disampaikan dalam presentasi kelompok mahasiswa serta dibawah bimbingan bapak Dr. Fazlul Rahman, Lc., M.A.Hum.

Dalam pembukaan, mahasiswa menyoroti fakta bahwa Indonesia adalah negara dengan keberagaman agama, suku, dan budaya yang sangat tinggi. “Di tengah kemajemukan ini, penting bagi kita untuk menjaga kerukunan antarumat beragama. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan moderasi beragama, sebagaimana yang diajarkan dalam Islam sejak awal,” papar Mohammad Bahrul Ilmi, koordinator mahasiswa pengabdian.

 

Melalui presentasi, mahasiswa menjelaskan bahwa moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan perilaku dalam beragama yang menghindari sikap ekstrem—baik yang terlalu keras maupun terlalu longgar. Prinsip wasathiyah atau sikap tengah menjadi landasan utama, di mana umat Islam diajak untuk menjalankan ajaran agama secara adil, seimbang, dan sesuai konteks kehidupan bermasyarakat.

Diskusi semakin menarik ketika peserta diajak untuk mengidentifikasi berbagai tantangan moderasi beragama di era digital. Mahasiswa menyoroti maraknya penyebaran paham radikal, ujaran kebencian, dan hoaks di media sosial yang dapat memicu konflik antaragama. Selain itu, masih adanya kelompok yang memaksakan tafsir agama, minimnya ruang dialog, dan rendahnya literasi keagamaan moderat juga menjadi tantangan tersendiri.

Beberapa aksi nyata yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari juga dibahas bersama, seperti:

  • Menjalin hubungan baik dengan tetangga berbeda agama,
  • Tidak memaksakan keyakinan kepada orang lain,
  • Menghargai perbedaan cara beribadah di lingkungan masjid,
  • Serta bijak dalam menggunakan media sosial dengan menyebarkan komentar kebaikan dan menghindari konten provokatif.

“Moderasi beragama tidak cukup hanya dipahami, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Setiap langkah kecil, seperti berdialog dan saling menghormati, adalah kontribusi besar bagi kerukunan,” tambah Maureen Aliandri Leksmana dalam sesi penutup




“Kami ingin masyarakat, terutama generasi muda, menyadari pentingnya sikap moderat dalam beragama, tidak ekstrem ke kiri atau ke kanan,” ujar Fadhillatul Ummah koordinator mahasiswa pengabdian.

Kegiatan ditutup dengan ajakan refleksi: “Sudahkah kita menerapkan nilai-nilai moderasi dalam kehidupan sehari-hari?” Para remaja masjid dan mahasiswa berkomitmen untuk terus menumbuhkan sikap moderat dan toleran, serta menjadi agen perdamaian di lingkungan masing-masing.