Iklan

,

Memperingati Hari Kartini, OWSD Indonesia Kenalkan Perempuan Peneliti di “Remote Area” Indonesia

Kabar Nusantara
Kamis, 22 April 2021, 22.48 WIB Last Updated 2021-04-22T15:48:17Z


Kabar Nusantara - Surabaya, 22 April 2021 - Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April meneguhkan cita-cita R.A. Kartini agar perempuan Indonesia berdaya dengan ilmu pengetahuan. Untuk menghidupkan cita-cita R.A. Kartini tersebut, Organization for Women in Science for the Developing World (OWSD) Indonesia National Chapter secara aktif mensosialisasikan sains, teknologi, dan kearifan lokal Indonesia kepada masyarakat luas. Secara khusus, OWSD Indonesia menjalankan peran untuk mempertemukan peneliti, khususnya perempuan peneliti, untuk mengembangkan jejaring riset dan kerjasama demi kemajuan bangsa.


Perempuan peneliti di Indonesia tidak hanya berdomisili di kota besar. Banyak dari mereka tinggal di wilayah terpencil atau remote area. Perempuan-perempuan hebat ini telah memberikan kontribusi untuk bangsa melalui ilmu dan riset. Upaya mentransformasi keadaan di lingkungan mereka menjadi lebih baik mereka mulai dengan mengubah sudut pandangnya menjadi lebih kritis terhadap suatu permasalahan yang ada di depan mata.


OWSD Indonesia mengapresiasi kontribusi perempuan-perempuan peneliti di remote area dengan menyelenggarakan webinar berjudul “Women Scientists from Indonesia's Remote Areas” pada Rabu, 21 April 2021. Acara ini dihadiri oleh Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Prof. Dr. Surya Rosa Putra; Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Prof. dr. Vennetia Ryckerens Danes, M.Sc., Ph.D; Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Prof. Ir. Nizam, Ph.D; Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng; dan Presiden OWSD Indonesia, Sri Fatmawati, S.Si., M.Sc., Ph.D.


Presiden OWSD Indonesia, Sri Fatmawati, Ph.D.

Dalam sambutannya, Sri Fatmawati mengatakan bahwa acara ini bertujuan untuk mengapresiasi perempuan peneliti di remote area atas kontribusi untuk Indonesia dalam berbagai keilmuan dan penelitian yang dilakukan. Para narasumber berbagi kisah tentang tantangan dan motivasi mereka untuk meraih impian. “Perempuan-perempuan hebat ini berbagi cerita tentang tantangan dan motivasi mereka untuk meraih impian, meskipun dengan segala keterbatasan di remote area”, ucap Sri Fatmawati yang juga merupakan Presiden Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) dan Wakil Kepala Pusat Penelitian Agripangan dan Bioteknologi (Agrifotech) – ITS. 


Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Mewakili institusinya, Rektor ITS menyampaikan dukungannya terhadap OWSD Indonesia. Sebagai host institution bagi OWSD Indonesia, ITS mendukung dan mengapresiasi berbagai kegiatan OWSD Indonesia sebagai perempuan peneliti untuk pengetahuan dan kemajuan Indonesia, ucap Mochamad Ashari.


Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Prof. Dr. Surya Rosa Putra

Sebagai Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Surya Rosa menyoroti tantangan yang dihadapi oleh perempuan. Surya menyampaikan bahwa UNESCO menyadari adanya masalah kultural, diskriminasi, motivasi, dan lainnya yang menyebabkan jumlah saintis perempuan masih kurang, sehingga prioritas UNESCO adalah kesetaraan gender. Dalam arahannya, Surya mengatakan bahwa UNESCO membuka peluang untuk menduniakan saintis perempuan. “Saintis Indonesia berpotensi mendunia”, ucap Surya Rosa dengan semangat.


Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat Prof. dr. Vennetia Ryckerens Danes, M.Sc., Ph.D

Isu gender dalam dunia riset tidak luput dari perhatian Kementerian PPPA. Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat, Prof. Vennetia menegaskan “inklusi gender dan sosial adalah bagian penting dari integritas penelitian”. Kesetaraan gender dan inklusi sosial (GESI) dapat diterapkan dalam hal pemilihan bidang fokus riset, tema riset, dan topik riset prioritas.


Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ir. Nizam, Ph.D 

Pengarusutamaan gender di Indonesia dinilai sudah cukup maju oleh Dirjen Dikti, Prof. Ir. Nizam, Ph.D. Terbukti dengan banyaknya prestasi perempuan Indonesia yang diakui di tingkat internasional, seperti Prof. Adi Utarini yang termasuk 10 ilmuwan berpengaruh versi jurnal Nature. Meski begitu, Nizam juga menyoroti adanya bias gender di Pendidikan Dasar-Menengah yang condong kepada laki-laki. Lebih banyak laki-laki yang bersekolah formal dibandingkan dengan perempuan. Sementara di Pendidikan Tinggi, lebih banyak perempuan yang melanjutkan sekolah. “Data ini menunjukkan bahwa di tingkat dasar kita harus mendorong anak-anak perempuan khususnya di remote area atau 3T untuk bersekolah formal. Dan anak laki-laki harus didorong untuk tidak putus sekolah setelah SMA”, pesan Nizam.



Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi berbagi pengalaman dari empat narasumber yang merupakan ilmuwan dari berbagai daerah di Indonesia. Narasumber ini adalah anggota OWSD yang merupakan representasi geografis Indonesia. Pertama, Prof. Harlinda Kuspradini, Ph.D. (Universitas Mulawarman - Kalimantan Timur), yang mewakili perempuan peneliti dari Kalimantan sebagai wakil dekan serta memperoleh banyak penghargaan. Kedua, Dr. Ir. Saraswati Prabawardani, M.Sc (Universitas Papua - Papua Barat), seorang ilmuwan yang berkiprah dalam bidang Ekofisiologi Tanaman dari ujung Indonesia. Ketiga, Dr. Dipl.-Ing. Rita Andini, M.Sc (Universitas Syiah Kuala - Aceh), yang merupakan perempuan peneliti disabilitas yang cerdas dan aktif melakukan riset.  Keempat, Maria Elfiana Ina Kewa Helan, S.Pd., M.Si (Akademi Farmasi Santo Fransiskus Xaverius Maumere - NTT) yang merupakan representasi generasi milenial yang baru memulai karir dari daerah yang dilanda bencana alam. 


Kisah inspiratif yang dibagikan oleh para perempuan hebat dalam acara ini diharapkan dapat membuka wawasan serta optimisme dalam menghadapi suatu tantangan untuk meraih kesuksesan khususnya bagi para perempuan Indonesia. (Aji)